Visualisasi Puisi
Ibu, maaf saya belum wisuda
Karya : muhadzier M. Salda
Sutradara : Rahmad Nuthihar
Pembaca Puisi : via masiratul khairiah
Tokoh
Lisa yasina : Sebagai Lisa ( AnaK)
Rahmawati : Sebagai Rahmawati (Ibu)
Rahmad Nuthihar : Sebagai Rektor, sopir bis
Wilda Azlina : Sebagai Wilda (teman I)
Nurvida : Sebagai Nurvida (teman II)
Narasi Cerita
Tanpa disadari hari terus berlalu, mengamati lingkungan sekitar tempat dimana lisa kuliah. Teman – teman seperjuangan telah berhasil menyelesaikan studinya. Malam yang dilalui terasa sepi dan perasaan bersalah menghinggapi dalam diri ini. dalam tidur selalu saja bermimpikan wajah seseorang perempuan yang telah memebesarkannya. Dia seorang ibu. Suara ibu seakaan terngiang mengangan – angan dalam setiap malam hari. Dari raut wajah ibu terpancar senyuman yang merekah mengarah pada lisa. Bayangan ibu sewaktu itu sepertinya ingin mengatakan sesuatu, begitulah gumannya dikala mimpi.
Di usia lisa yang telah beranjak dewasa, tanpa terasa umur lisa saat ini telah menjadi 27 tahun. Kenangan di masa dulu, sang ibu begitu bangga selama 9 bulan membawa janin lisa kemana langkah kakinya berpijak di muka bumi. Seraya menunjukkan kepada tetangga sekiranya 27 tahun yang lalu.
Ingin lisa membalas jasa sang ibu, dengan menjejalkan langkah dari rumah, merantau di negeri orang dengan maksud hati yang tulus menimba ilmu di syiah kuala. Ingin rasanya lisa menunjukkan “bu ini ini anakmu seorang sarjana”. Namun di negeri orang ini, lisa merasa sangat kesepian. Tidak ada yang mau mendengar keluh kesahnya, mereka terlalu sibuk memikirkan diri sendiri. Selayaknya dosen memeperkaya diri dengan hasil keji. Hari – hari yang paling sulit dijalani dengan suka cita, tanpa kasih sayang seorang ibu yang bersamanya.
Pagi hari disaat tubuh ini belum mampu untuk digerakkan lisa bangkit menelusuri jalanan sambil berdesakan dengan para mahasiswa lain dalam bus kota. lisa melewatkan hari itu dengan lancar, pulang dari kuliah aku membawa pulang ilmu dengan rasa bangga telah melawan rasa malas. berbekal tekad yang kuat serta doa dari sang ibu bagaimanapun kesulitan hidup di negeri orang, aku bisa mencapai cita – cita mulia ini di syiah kuala.
Keresahan itu timbul dan membayang kehidupan dirinya. Dimana lisa belum bisa memperlihatikan kepada sang ibu bahwa dia adalah seorang sarjana. Dalam benaknya ingin sekali ditunjukkan kepada ibu bahwa dirinya telah menjadi sarjana. Seraya sang ibu menujukkan lisa bahwa yang mengenakan baju toga adalah anak darinya. Sambil bangga menunjukkan kepada teman yang lainnya.
Kehidupan lisa kini kembali dihantui rasa bersalah pada sang ibu. Karena sampai saat ini dirinya belum diwisuda. Bayang sang ibu sambil menitikkan air mata terlintas dalam kehidupannya. Dimana sang ibu bekerja keras membiayai lisa untuk bisa kuliah, berpeluh keringat di ladang hanya semata - mata mencari nafkah memenuhi biaya kuliah lisa. Tujuh tahun sudah lamanya lisa belum mampu bersalamanan dengan sang rektor sambil menjentikkan topi toga di depan para mahasiswa lainnya yang berseragam toga.
Mengingat sang ibu di kala malam hari yang disungguhi mimpi – mimpi sesaat dirinya masih bisa tersenyum dan ketawa nanum rasa rindu akan kasih sayang sang ibu tidak dapat dipungkirinya. Selintas dia berpikir bagaimana keadaan sang ibu di kampung halaman, apakah dia baik – baik saja ataupun sedang melawat sakaratul maut lalu ibunya tercinta pergi meninggalkan lisa. Lisa menangis tiada – karuan sambil menatap asa. Bagaimana kehidupannya kelak.
Mungkin hanya kata maaf yang bisa di persembahkan kepada sang ibu agar sedia mengampuni dosanya. Sambil menyalami tangan sang ibu ingin sekali dirinya menangis sekeras mungkin agar dunia tahu bahwa begitu banyak dosa dirinya kepada sang ibu yang belum bisa membuatnya bahagia. Ucapan maaf cuma itulah kata yang bisa di ucapkan, mengingat dirinya sampai saat ini belum menjadi seorang sarjana.
Komentar
Tulis komentar baru