Hari ini ia menemaniku makan bakso. Aku senang bukan kepalang, ia memberi harapan. Harapan yang selama ini aku damba. Aku memberi sesuatu untuknya. Ya-ya, novel dan surat cinta. Ia berucap matur nuwun. Sungguh aku teramat bahagia.
Sepekan kemudian...
Di depan Pancaka aku menunggunya. Gundah gulana hatiku kala itu. Tiba-tiba ia muncul dibelakangku. Ia tampak ayu kala itu. Kutatap wajahnya lantas ia sumringah.
Detik kemudian kami makan bakso di warung Primadona. Aku memesan bakso puyuh plus es jeruk minumannya dan ia memesan mie ayam plus teh botol minumannya. Kami mulai berbincang. Pertanyaannya langsung pada titik permasalahan. Ia menanyakan tulisan itu. Ya-ya tulisan yang aku beri tempo dulu. Aku berkata sejatinya. Paradigmanya aku main-main. Aku mahpum. Dia butuh waktu entah dua atau tiga tahun. Samar-samar aku mendesak "Tidak" lantas ia menjawab "Ya", "Ya" untuk "Tidak" atau "Ya" untuk "Ya". Entahlah...
Akh... cinta memang rumit.
Komentar
Tulis komentar baru