Di antara relaksasi ke adaan pagi yang beberapa detik lalu menyegarkan ingatan kita pada sebuah momen di mana ke untungan- ke untungan dari perjalanan hidup ini menjadi momen yang tak perlu kembali di sambangi dengan bayang- bayang ke gelisahan yang sewaktu-waktu dapat menghadirkan ingatan kita pada hari dimana ke utuhan akan sebuah kepercayaan dan keyakinan, menjadikan kita meresapi begitu dalam beberapa terpaan hidup yang ter urai bagai sebuah jejaring api yang begitu lembut membelunggu jiwa, hingga pada saat itu raga kembali ingin bersuci dengan rangkain kesedihan-kesedihan kecil yang mengendap lalu menjerumuskan senyummu.
Dari balik pintu ruangan dengan kooptasi dan notasi yang tak teratasi, aku mulai merasakan desakan senyum mentari dari beberapa cela pentilasi di ruangan yang penuh dengan keberkahan ini, sebab senyum wanita muda dengan latar belakang dan pengalaman hidup yang menurut ku rancu ini, selalu saja menjadi energy gaib yang mengentaskan raga ku kepermukaan bumi, menjadikan hidup ku lebih berirama beberapa bulan terakhir, meredam keraguan ku ke sebuah tepi yang sama sekali belum aku rumuskan dalam bentuk sebuah rencana.
Hanya senyum itu, yang ter urai sedemikian detail pada benak matahari yang menyengaja mencapakan ku pada hari setelah dimana senyum adalah awal dari sebuah cumbu yang tertata begitu rapih, hingga berujung pada sebuah misteri yang kembali menjadi pertanyaan kami berdua, katanya tubuhmu yang sedimikian memikat hingga raga ku tak mampu membentengi diriku dari besarnya keseimbangan mahnetik yang menjadi sebuah gelombang besar, hingga waktu itu bibir mu menjadi sasaran empuk keterasingan hegemoni dahaga yang belum lama ini tertindih oleh ke gagalan.
Komentar
Tulis komentar baru