Skip to Content

Perjamuan Teh yang Sempurna ( kesaksian seekor cicak )

Foto leil fataya

 japan-org

Hamparan bunga Ajisai meliuk-liuk dihembus angin. Kecantikannya membuat hatiku hangat, sehangat udara bulan Juni di Osaka.  Aku merayap pelan di sisi luar chashitsu*. Sambil menunggu..

 

Tampaknya, hari ini si tuan rumah akan kedatangan tamu penting. Karena, kemarin sore ia membersihkan chashitsu yang bergumpal debu. Tuan rumah itu bernama Takeda. Ia tinggal sebatang kara. Hidupnya hanya ditemani oleh keriuhan tuts mesin ketik - dan (tentunya juga) aku, satu-satunya cicak penghuni rumahnya. Melihat ketangguhan lelaki itu menekan tuts demi tuts tanpa kenal lelah, sering aku berdecak kagum. Ck..Ck..Ck..

Hanya sesekali saja aku melihatnya melepas lelah, sembari minum sake. Setelah itu, ia mulai hingar bingar lagi. Kurasa sih, Takeda mendapatkan makanannya dari kegiatannya memencet-mencet  mesin ketik setiap waktu, menghabiskan berlembar-lembar kertas putih.

 

*—*

 

Hamparan bunga Ajisai merah muda seolah makin melenggok indah saat tamu itu datang. Takeda dan tamu yang datang seorang diri itu saling membungkukkan badan berkali kali.

 

‘ Selamat datang, Dai-san, di rumah saya yang sederhana ini.‘ sambut Takeda dengan nada hormat.

‘ Domo arigato, Takeda-san, maaf, jika maksud kedatangan saya mengganggu anda. ‘ tukas sang tamu yang bernama Dai itu, sopan.

 

Takeda mempersilahkan tamunya menuju ruangan yang telah dipersiapkan. Chashitsu. Mulutku berdecak-decak dan ekorku menebas-nebas dinding, senang. Mesti kukatakan bahwa aku ini cicak yang cerdas. Jadi tidak salah kalau aku merasa PERLU untuk terlibat dalam pembicaraan mereka.

 

Aku merayap masuk, setelah Dai-san melepas alas kaki dan menanggalkan samurainya di depan chashitsu.

 

Aku mengambil tempat , tepat berada di dekat tungku yang menyala. Disitulah aku merasa aman, bersembunyi di balik rangkaian chabana*. Takeda menjerang air hingga bergolak didih. Dai-san menatap kagum akan kakejiku* yang terpajang di tokonoma*, dan berkomentar sekadarnya.

 

Takeda menyajikan kue-kue manis berbentuk bunga. Setelah saling membungkuk, Dai-sanpun mengambilnya dengan ujung sumpit. AhKue manis yang lezat! Berisi tumbukan kacang merah. Ekorku menebas-nebas lagi. Lapar.

 

Setelah kue-kue yang dihidangkan tandas, Takeda menyiduk air yang mendidih ke dalam mangkuk Dai-san. Di dalam mangkuk itu telah terisi matcha atau bubuk teh. Mereka saling membungkuk lagi, lantas mulai menyeruput mangkuk dengan gerakan lambat.

 

*—*

 

‘ Takeda-san, tolong informasi yang baru anda dapat, jangan di publikasikan. Ini menyangkut kestabilan negeri. ‘  ujar tamu tersebut.

 

‘  Dai-san, saya seorang pewarta. Tugas saya memberi informasi yang jujur kepada rakyat. ‘ jawab Takeda, lugas.

 

Dai-san terdiam. Raut mukanya menegang. Nampaknya ketegangan itu juga mulai menyurupiku. Aku menahan napas, menajamkan pendengaran. Ekorku menebas lagi, sesekali.

 

‘ Beberapa harian surat kabar telah setuju untuk tidak memuat berita itu. Katakan bagaimana lagi saya mesti berlaku? ‘ tukas Dai-san sambil menyodorkan sebuah kotak yang berbungkus sutera.

‘ Saya mohon, terimalah. ‘ lanjutnya.

 

Mataku menyipit demi menatap sebuah benda yang terbungkus sutera merah. Kira-kira apa isinya?

 

Takeda menggeleng lemah. Ia menampiknya. Secara perlahan, ia dorong kembali benda tersebut ke arah Dai-san.

 

‘ Apa yang membuat anda begitu keras kepala? Rakyat tak perlu tahu mengenai polemik di lingkar kekaisaran! ‘ suara Dai-san meninggi.

 

‘ Rakyat tidak sebodoh itu. Mereka perlu kejelasan. Lama sudah isu ini berkembang. Akhirnya toh saya menemukan fakta.. ‘ tukas Takeda, menegaskan. Hidungku kembang kempis melihat mimik mukanya yang mengeras.

 

‘ Bukan fakta yang anda temukan. Melainkan kesimpangsiuran! ‘ ujar Dai-san dengan intonasi semakin meninggi.

 

‘ Baik, kalau begitu, apa lagi yang perlu dirisaukan? Besok pagi, biarlah rakyat yang menilai, melalui tulisan saya. ‘ tutur Takeda, tak mau mundur barang sejengkalpun. Aku mengagumi keteguhan prinsipnya.

 

‘ Cukup basa-basi ini. Anda memang keras kepala. Anda tak mengerti apa dampaknya. ‘ Dai-san beranjak dari duduknya. Ia berdiri tegak. Wajahnya menampakkan kekejaman.

 

Oh. Mengerikan. Kali ini ekorku bahkan tak berani menebas-nebas lagi.

 

‘ Anda beserta kroni-kroni anda, tak perlu cemas, kalau memang fakta yang saya wartakan ternyata salah. Saya bersedia harakiri, karena telah mencoreng kehormatan kalian. ‘  Takeda menekankan kata ha-ra-ki-ri dengan tegas.

 

Takeda tetap teguh, tak bergeming.

 

*—*

 

Merasa bahwa usahanya sia-sia belaka, Dai-san keluar ruangan dengan segunung amarah. Aku mengikutinya dengan gerakan cepat, penasaran akan manusia ini. Mengapa Takeda tak menerima pemberiannya? Mengapa lelaki ini tampak kesal?

 

Lantas, tanpa diduga-duga, tangan kanan Dai-san menyambar samurai yang ia letakkan di depan chashitsu. Lalu dengan gerak menghunus, samurainya menebas tanpa ampun serumpunan bunga Ajisai merah muda yang tadi melenggok menyambut kedatangannya. Aku terkejut bukan kepalang. Bunga-bungai Ajisai itu tak patut mendapat perlakuan semena-mena macam ini ! Apa salah mereka?! Sungguh keji kau Dai-san!

 

Naluriku langsung tergerak untuk melindungi rumpunan bunga yang malang itu. Aku menghadang lelaki itu dengan segenap keberanianku. Namun hanya sekilas Dai-san itu menatapku dengan pandangan melecehkan. Aku membuang ludah kearahnya. Cuihh!

 

‘ Takeda-san, nasib anda akan seperti ini!!! ‘ Suara Dai-san menggelegar di udara. Secepat kilat ia menebas tubuhku, hingga terbelah jadi dua bagian! Di belakangku, aku hampir melihat dengan ujung mata, Takeda, yang berusaha menyelamatkanku. Ah, bahagianya mati secara ksatria… Selamat tinggal, Takeda-san!

Sungguh, perjamuan teh yang sempurna.

 

Written by Leil F

 

Kosakata

 

Chashitsu : ruangan khusus untuk upacara minum teh

Tokonoma : ceruk di suatu ruangan

Chabana : rangkaian bunga

Komentar

Foto edi sst

keren ...

Hmm ... warna Jepang yang memikat, Leil
Penulis prosa yang hebat, deh ...
Nice posting. Salam hangat :)

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler