aku menunggumu bila pagi
kala cahaya mentari menjalari
pucuk pucuk pohon kelapa
bersama angin laut yang kering
menghembus kemuraman wajahku
dengan hati yang lesu
kubuang pandang kelautan
di ujung semenanjung
diempasan ombak pantai
dengan rambut tak terurai
dalam setia dan rindu
aku menunggumu di gunung gunung yang jauh
aku menungumu di lembah lembah yang sunyi
aku mencarimu didingin malam
diantara kerut merut dahi nelayan
yang bertarung melawan badai
yang sedang menjaring ikan
di tengah hitam lautan dalam
kucari kau di wajah anak anak yang miskin
yang terlantar ditepi jalan
kucari kau dihati para demonstran
yang meneriakkan kebenaran
yang merindukan keadilan
kulihat kau berdiri
diantara baris baris puisi
dan aku mencarimu juga disana
aku menunggumu dalam sengsara
dibawah gedung gedung istana
aku mencarimu di wajah bulan yang tersenyum
aku mencarimu di wajah bunga yang harum
dan kutunggu tunggu datangmu
diantara wajah kota jutaan
di mall dan terminal
di mesjid dan taman kota
kalau aku merintih
dalam lelah dan mengeluh
dalam laparku seluruh hari
kubertanya pada bintang yang bersembunyi
kutanyakan pada hati yang asing sendiri
kutanyakan pada mereka
di kedai kopi dipinggir jalan
kucari kau di cafe malam remang remang
atau pada orang yang kumpul di tengah pasar
aku mencarimu di daun daun yang layu
aku mencarimu di kuntum kuntum yang tersenyum
bahkan di reranting dan dahan kayu yang rontok melapuk
kutanyakan pada orang orang yang lewat
kucari pada tumpukan buku berdebu
bahkan di kitab kitab suci yang dimuliakan
kucari kau di wajah tuhan
namun tak mudah dapat jawaban
yang bisa membikin tentram
yang segera menghibur hati
pada pekerja di pelabuhan
yang memikul beban muatan
pada siang hari yang panas
kucari kau di wajah pemulung
yang mengais sampah di bawah jembatan
bahkan pada pelacur murahan
yang terserang penyakit
kutanyakan engkau dimana
kutanyakan pada mereka
diantara wajah yang tak kukenal
kapan kapal berlabuh
merapat di dermaga hati
lama baru ada jawaban
setelah letih menjelajah
pantai demi pantai sepanjang cita
ternyata yang kucari ada di hati
karena ia segera memberi tahu
pulanglah ketanah air penyair....
(makassar, 24 januari 1968)
Komentar
Tulis komentar baru