CATATAN DARI SEBUAH ERA

mereka dengan bangganya mendamik dada
seraya berjingkat-jingkat diatas sampah budaya
menyanyi dan menari disertai lolongan serigala
dari sebuah era gemerlapan dan hingar bingar
para pemuja mother monster telah menjadi monster kecil
epigon edan yang kesurupan dan seronok
exentrik tak ketulungan
seperti mereka tak lagi punya akar
tak lagi punya sayap untuk terbang
membawa jati diri bangsanya sendiri
dengan bangganya berteriak
kamilah pembela judas iskariot yang hianat
kamilah pemuja setan, tukang sihir yang dilaknat
pembela sodom gomorrah
kamilah pewaris tunggal kebudayaan dunia barat
yang minum dari comberan kaum hippokrit
yang makan dari tinja buangan negeri para raksasa
dengan duit berlimpah menguasai media
maka monster-monster itu terus muncul bernyanyi dan menari
dengan kotoran berlepotan diwajahnya
seperti hewan hutan terus berjingkat kesetanan
atas rongsokan panggung persaingan
bersama cacing dan renik yang histeris
bersama berjuta kepompong yang akan lahir
bebas terbang menuju malam berhias kunang-kunang
menyanyi dan terus menari hingga lupa diri
biarkan saja monster kecil itu berjingkat-jingkat
dan mengaung dalam kamarnya sendiri
biarkan saja bersanggama sesama jenis
bahkan bersanggama dengan keluarga dekatnya
seperti hewan hutan itu, seperti monster bermata satu
yang menjijikkan, yang membawa pertanda akan datangnya bencana
monster-monster itu tak pernah muak bermain dengan tinjanya
di kerajaannya malamnya yang gemerlap
sepanjang masih banyak cacing dan renik yang senang menggulingkan dirinya kedalam comberan sampah peradaban
pernak-pernik yang memesona epigon edan disebuah era skizoprenia
mereka bagai asap yang menyesakkan nafss dalam gelap
dan ketika cahaya terang datang
mencengkram kuasanya atas hati insan yang takut azab
diatas rongsokan sampah peradaban akan tetap dibangun
dinding kokoh
maka marilah bernyanyi dan menari putra putriku tersayang
dengan iringan rebana kasih
tampa harus menelanjangi diri sendiri