Para kapten** berhenti, terengah-engah : mereka meninggalkan
kebaikan hati, pemanggang besar di tengah hutan luas
dan pohon rindang, hijau dan banyak harapan di sana
digaruk penggal-penggal napas ganjil tak menyatu
tetapi tak mendapat tempat. Para kapten mengintai
ke dalam cottage, tangan mereka meraba
pada kusen-kusen jendela, mata mereka terbelalak,
dan erangan lemah dari mulut mereka.
Lalu ketukan, dan lalu pemanas :
para kapten meruntunkan ranting-ranting hidup
kepada perempuan itu di satu meja, sementara mata perempuan itu,
seputih bintik kulit rusa, mengelakkan
banyak dugaan dan pertanyaaan. Mereka bilang ayolah
dan dia berbuat lagi. Udara menjadi suram
membutir, kebodohan, menggelayut atap
oleh hujan. Para kapten pergi tidur
di mana saja : di tempat tak terawat
di bawah meja, dengan perapian
di atas lantai kasar di samping tempat tidur
yang mereka jaga untuk perempuan itu. Hujan reda :
sesudahnya mengingatkan hutan
untuk memungkinkan kedamaian.
Cottage bergetar dahsyat
oleh masalah-masalah organik tidurnya para lelaki.
dan perempuan itu pergi ke tempat basah nan luas
tak ada tempat untuk tinggal tak ada tempat untuk istirahat :
seluruh cinta meliputi tipuan santai,
seluruh cahaya pernah disiapkan untuk padam :
tetapi mereka di sana, banteng-banteng di kegelapan,
hati para kapten! - mereka tidak mati,
hanya karbon berjalan, hanya tersesat
di hutan luas pohon rindang dan baja basah.
(Glyn Maxwell)
Komentar
Tulis komentar baru