Napas kian tak beraturan
Setelah lama mendayung tanpa persinggahan
Tak sampai jua aku ke tujuan
Di tepian sana rerumputan lambaikan tangan
Tawarkan tempat peristirahatan
Aku pun menepi
Menatap haluan sungai yang begitu ramah
Mengarus membatasi tanah
Dicumbuinya ranting-ranting yang tersangkut
Sesaat setelah maut
Firman-firman hadir dalam bisik dedaunan
yang berzikir sambil berjatuhan,
ia Menghantam bumi dan menyentuh Tuhan.
Kutatap megahnya kekuasaan
Kuhirup nikmatnya pemberian
Hingga terlelap pulas
Mata terkatup
Napas terhembus pelan
Mimpi perlahan mengetuk-ngetuk pintu
Menawarkan kesesatan
Jiwa dan jasad terjebak
Dalam siasatnya yang menolak tunduk pada Adam
Direnggutnya semua ketaatan
Hingga aku mengecup pintu lalai
bersama tubuh yang sejak tadi terkulai
Aku menunggu
Rumput-rumput menjelma duri
Angin yang berhembus mewujud api
Santolo, 2013
Komentar
Tulis komentar baru