De Javu
By: ErviAisyiMundiri
Seolah aku pernah merasakan benar suasana ini sebelumnya
Saatku duduk termenung di singgasana senja
Kupejamkan mata,lalu kubuka lagi
kumerem,kumelek agi
bolak-balik kubegitu
Kulihat di ujung, adaBungkarno geleng-geleng,
menatap mereka para pemungut kaleng rombeng
Kemudian kusaksikan beliau berpindah pandangan kesamping kiri mengamati tangan –tangan jeli iblis yang pandai menyulap fakta menjadi maya,
otak jenius politikus,
semakin hari semakin mulus,
berkat licinya jumlah fulus
kening beliau berkerut empat garis menangisi negerinya yang ikut menangis
saking panasnya air mata beliau hangatnya tertular padaku
memikirkan rakyat yang dulu hanyaseratus ,sekarang baratus-ratus tak terurus
beliau sesaat terlihat memandangku menunjukan linangan air matanya ,
tandakecewa.
mendekatiku dengan pendekatan pelan penuh arti
mendekatiku selangkah lagi hingga jarak diantara kami kira-kira lima senti
menggerakan bibir pamornya dengan lirih ke kuping kanan ku samar-samar
Suaranya terdengar semu di kuping, “ Wahai penerusku,,Titip anak Sulungku Indonesia. Jaga diabaik-baik karena dia agak manja”
Latar suasana, latar tempat, semua benar-benar nyata dan seolah pernah terjadi
Tapi, aku tersadar setelah dua penggawaku bersendiko dawuh atas nama rakyat padaku
Ternyata semuanya hanya De Javu
(Malang,2013)
Komentar
keren banget
keren banget puisinya..gara-gara ini terinspirasi bikin puisi "Dunia Gelandang" #meskibelombaguspuisiku..tp makasii
Menarik....
Menarik dan menggelitik untuk dibaca, idenya bagus dan gaya penulisannya sedikit jenaka. Salut!
Beni Guntarman
iya, pesen bagi pemimpin
iya, pesen bagi pemimpin negeri yang manja... :)
terimakasih komentarnya.
semoga bermanfaat :)
mundiri
AkuInginMenjadiPujangga -
iya sama-sama...
terimakasih, kita sama-sama belajar . emang sesuatu yang dari hati itu tak kan kaku.
salam kenal :)
mundiri
Tulis komentar baru