luruh ku di tepian rasa
rasa-rasa nan hampir mati
getir, kering, gersang, tak berasa
ketika waktu tak lagi antara aku dan kamu, kamu denganku, aku bersamamu
tahukah kamu, bahwa aku juga tak ingin beranjak tanpa ketidakpastian
tahukah kamu, meski hanya secangkir teh hangat tanpa gula,
aku tetap ingin berbagi denganmu
agar hambar itu menyingkir dengan sendirinya
dengarlah,
aku masih ingin berbagi bangku ini denganmu
meski ayunannya telah reyot dan pegangannya telah lepas
aku masih ingin duduk bersamamu
menghabiskan sore hari dan waktu-waktu tak tentu yang kita miliki
seakan sore akan selalu bersepuh jingga, dan pagi berona emas
tak pernah habis asa menuliskannya di langit
agar ketika kita tiba di sana, kau tunjuk satu huruf dan aku menyeru maknanya
tapi kini, huruf itu telah pudar
cinta itu telah tertiup angin
rasa itu lenyap seketika
seolah kamu dan aku, hanyalah butiran pasir berlalu begitu saja
tertelan waktu, terombang ambing ketidaktahuan kita
sebagaimana hati tak pernah lepas bertanya
bertanya dan bertanya
tanpa kepastian kapan kan terjawab
Komentar
Tulis komentar baru