berjalan dalam pendakian
menuju tungku pembakaran
peradaban tercabik
tersisa hanya debu dan arang
peninggalan dendam dan perang
tercekoki oleh pahan oleh marwah
oleh derajat harga diri kaum
delusi masa lampau
delusi masa depan
terpaksa menarik pedang
bersiaga pelatuk senapang
memasang tamen meletupkan meriam
bagai serigala di rimba raya
yang berebut daging dan lahan
disaat persediaan semakin tipis
terasa dunia tempat bernafas
sesak mematikan
dari dulu hingga detik ini
sahwat kuasa
sahwat berjaya dan kaya
ingin lebih dari yang sudah ada
maka damai cumalah kata tampa makna
diatas puing berupa debu dan arang
orang berhenti jeda sesaat
menarik nafas dalam
merenung tentang nasib alam
seperti tanaman mesti punah
lalu musim memberinya kehidupan
berkecambah bertunas berbunga berbuah
hanya tangan pengaih dan bijak memberi pupuk
sedang hati dengki dan dendam menyebar hama pemusnah
Komentar
Tulis komentar baru