DI DALAM BIS KOTA
(TRANS JAKARTA)
Oleh: Emil E. Elip
Selalu saja jam sepuluh aku baru tiba di kantor
Pangkatku lantas tak kunjung terkatrol
lantaran absensiku selalu molor.
Jam lima atau paling lambat jam enam pagi
aku harus sudah pergi, sebelum istri
sempat membuat kopi.
Mobilku tidak bisa membawaku lebih cepat
Apalagi kalau dia ngadat, lalu berheti macet.
Harga bensin naik dan akan terus naik merambat
Sudah ku jual mobilku seminggu yang lalu
Aku mau ke kantor dengan cara baru.
***
Seminggu sudah berlalu, aku naik bis kota
Waktuku habis di halte, menunggu datangnya
Berjubel manusia diam tak berkata-kata
Hati-hati copet bisa ada dimana saja
Semua ingin tiba, segera, untuk bekerja
Dan seminggu ini, jika pagi dan sore tiba
aku hanya bisa berdiri saja, di dalam bis kota.
Tidak ada bedanya, naik mobil atau bis kota
Waktuku sampai di kantor tidak jauh beda
Padahal capeknya lebih luar biasa
Sungguh, naik bis kota, tak ada bangganya
Setiap hari di dalam “monster” yang sama
Kenyamanan nampaknya hanya mimpi belaka!
***
Sudah dua minggu di dalam bis kota
aku merenungi sahabat sahabat para pengguna.
jika diberi rizki melimpah, nampaknya
pasti tak mau naik bis kota.
Sangat mungkin mereka semua
ingan punya mobil sendiri, entah kapan.
Ku putuskan, membeli mobil lagi!
[Jakarta, 2014]
Komentar
Tulis komentar baru