Skip to Content

Gelanggang Adu Banteng

Foto Rasull abidin

Gelanggang Adu Banteng

 

 

Buat kamu banteng banteng tua

Yang tak kuat lagi berdiri

Karena kegemukan...

Dan yang lagi pusing kepalanya

 

Buat kamu banteng banteng tua

Yang tidur mendengkur

Dalam kekenyangan

Dan terbuai mimpi tentang surga

 

Gelanggang sudah semarak

Dipenjuru penjurunya ada tetabuhan

Ada kami yang dipaksa mendelik

Ada nyanyian, ada tangisan

Ada yang dihempas, ada yang bertahta

Ada ratapan , ada guyonan

 

Amboi... Semaraknya ?

 

Gelanggang sudah di hias,

Di tengahnya dibangun mimbar Raksasa

Lihat...!, para wartawan berlarian

Tanpa sadar sendalnya terbuang

Dan kakinya berdarah darah

Menggores warna dibentangan karpet menjadi tanda tanya..

Kepada siapa...?

Kepada ia....

Atau kepada ianya...?

 

Di atas mimbar ada geladi resik,

Maka segala khayalan, dongengan,dan mimpi mimpi akan dibuat menjadi nyata...

Apakah abstrak,

Apakah hanya impresionis,

Hanya halusinasi atau syndrome

Akan dikaji , hingga santet pun akan di kaji

Mengapa ?

Gerangan simaklah di mimbar...!

 

Di gelanggang ini...

Banteng banteng bergulat

Ada yang lihai, ada yang blo'on

Ada yang licin, ada yang kasar

Ada yang tersungkur, ada yang perkasa

Menerbangkan debu menembus mata

Dan kita yang duduk disini

Dipaksa untuk melihat dan mendelik ,

Pelajaran....

Bagaimana menjadi pemenang

 

Kita di didik oleh banteng banteng

Apakah untuk menjadi penindas?

Ataukah untuk di tindas ?

 

Di gelanggang ini...

Kita harus melongo

Kita dipaksa bersorak dan memilih

Sesuai kehendak ,

Dan gelanggang ini hanyalah

Dagelan dagelan banteng yang pintar

Berdebat bagai pesohor

Dan jiwanya hanya sepicis koin 

Yang mestinya buat mereka

Bukan buat kumpulan para banteng...

Dan banteng banteng ini selalu kelaparan.

 

Kaum priyayi tinggalkan tugasnya

Berkelompok menjadi banteng,

Kaum intelek mulai berevolusi

Menjadi asisten banteng

Kaum tehknokrat sebagian berevolusi

Menjadi banteng,

Dan mereka....

Kaum pelajar bagai kepompong

Bergelantungan pada jaman,

Mengcopy para banteng...

Dan pastilah kelak bersuara banteng

Bahkan para seniman meninggalkan hatinya

Semua berambisi menjadi banteng,

 

Dan kita di suguhkan pada kenyataan,

Terbengkalainya kehidupan

Dan ketidak jelasan pembangunan

Hingga harga makanan menjepit kerongkongan.

 

 

Rasull abidin, 20 Mar 2013

Jakarta.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler