Rintik-rintik hujan
Dengan pesona magisnya
Mampu membawa sedikit kisah yang berpendar
Diantara waktu yang telah menjadi abu
Mencoba muncul diantara jenis-jenis bayangan
Seliweran, berebut untuk tersiar di dalam kepala
Dari butir air yang ricik
Kudapati gugusan mimpi dan tempat bersembunyinya
Mimpi yang tak berubah jadi nyata
Bersembunyi di balik alasan-alasan yang jadi batu sandungan
Atau jadi sekat setebal tembok berlin yang membelah Jerman barat dan timur
Dan dia lama bersemayam
Tanpa tahu kapan atau dimana mereka terejawantah di alam sadar
Mereka menggugat
Mereka mempertanyakan hakikat mimpi jika tak ada maksud mewujudkannya
mereka bosan dibuat fantasi dan tempat pelarian
lalu jadi tumpukan arsip yang tak terpakai
usang, hilang atau terbuang
sementara itu, bersamaan dengan hujan yang enggan berhenti
air mata mencoba bernegosiasi
menghibur penyesalan yang datang bersama gugusan mimpi yang tak terbeli
meskipun itu bukanlah sebuah jawaban
tak mengubah apapun, tak mengubah siapapun
apa mau dikata
sebab rasa takut yang mengabaikannya
merekapun bukan lagi tajuk utama
semakin lebam langit yang kian senja
semakin jenuh dengan kelembaban udara
lantas rintik hujan tak lagi deras menghujam
dan seiring reda tangisan awan
matahari dengan kesan oranye yang dia bawa
menembakkan cahayanya di tiap tetes air yang masih mengudara
memberi komposisi warna beraneka ragam dalam bentuk yang melengkung
penawar bagi suasana hitam putih dan abu-abu
reda pula linang air mata meskipun hati masih lena dalam kesat penyesalan
perlahan dan sangat perlahan menuju tenang
mimpi-mimpi itu tak lagi rewel di dalam kepala
dan kembali kepada kodratnya untuk tinggal di bangkai-bangkai waktu tersisa
sinar matahari merayap dan menyisir tanah-tanah yang basah oleh genangan hujan
pun menghangatkan seisi kepala dan meresonansi semangat di akal sehat
reda lah sudah
hujan dan geriak mimpi untuk sementara
seandainya tak ada peluang untuk sesal dan kecewa menjawab semua mimpi
mimpi-mimpi itu akan hidup dan riang berlarian hari ini.
Komentar
Tulis komentar baru