INVISIBLE
Oleh S. Amin Manji
Semakin samar atau mungkin memang mataku yang semakin rabun
Aku tak melihat sesuatu yang berganti untuk dibaca
Sekolah tetap saja seperti dulu sebelum gaget dipertuhankan
Kurikulum adalah perwakilan mentri yang selalu saja diributkan
Sontak, aku mengingat guru mengajiku yang tak pernah peduli dengan kurikulum
Baginya kurikulum hanyalah penggembira yang menghabiskan anggaran
Sekolah bagai gudang kertas yang berisi karangan lepas
Tumpukan kertas yang membingungkan itu diincar-incar para tukang loak
Huruf-huruf dan angka-angka seolah-olah hanya permainan jari-jari dengan kuku-kuku tajam hingga tak satupun kertas yang terbaca
Aku menjerit lepas dan menelan kata-kata pahit bagai pil kadaluwarsa
A ha, Inikah aku pewaris masa silam yang dibekuk kecemasan bertahun-tahun
Ketakutanku habis diseret paksa
Lalu diam dengan senyum
Kini senyumku bukan lagi senyum ketakutan
Senyumku manis dengan gusi berdarah-darah
Sawitto, 02072021
Komentar
Tulis komentar baru