Disaat ku telah sampai saat ini
Semua hal jelaslah sudah bias kulayarkan
Hanya ku butuh teman bercerita tuk itu semua
Ada empat apalah itu . . .
_____________________________________________________________________
Mungkin ini anggapan semua kisahku
Waktu kita makan dengan banyak kisah
Rajutan kasih kita terus berlanjut
Kuanggap semua itu anggapan
Tak pernah ragu kita akan esok
Semua ringan bagai opini kita berdua
Tak terhitung senyummu diperapianku
Memang air kan selalu ada diperapian kering
Memang domba selalu beserta kisah srigalanya
Memang mata selalu jadi malaikatku
Memang opini kita selalu benar
Tak tahukah ku kalau ini tunggu akhir
Semua terlalu tiba-tiba
Tak tahu memang skenario tangan-Nya tak sama
Lalunya semua rajutan harus terhenti
Disini opini kita hanya berlanjut diaku
Semua kutahu ini semua anggapan itu
Kukan ingat kamu diselama ku ingat
Karna ku tahu perapian kan terus memanggilmu
Masih berlanjut dari akhir rajutan tadi
Dia warisi itu kepadamu
Memang telah lama kukenal
Sudah tak sing akan matamu
Rebahan dia kan jadi milikmu
Kau tahu siapa kamu itu?
Nanti semua kan jelas
Memang tak ada apa itu terhadapmu
Hanya dia titip kamu
Kamu itu sekarang dia
Sama halnya perapian kering selalu ada air
Kau kan disampingku selama rajutan merayu
Kisahku baru disini
Tapi dia masih terpanggil dalam perapianku
Hanya kamu jelma diaku sekarang
Kita bagai penumpang tak tahu apa
Semua disetir dia
Ku percaya akan dia
Kau kan jadi dia penuhi panggilanku
Disini kumulai belajar akan realitas
Ku coba pelajari semua suasana ini
Kupelajari kamu yang jelma diaku
Kukan mengerti bila rajutan dilanjutkan
Hingga tiba-tiba hampiri kembali
Kau terlalu saru dengan diaku
Kau berbakat jelma diaku
Hingga suka sapaku kekamu
Karena rajutan kita terus berlanjut
Dengan semua kebiasaanmu selalu jadi kamu
Hanya kuasing dikebiasaanmu
Ku terlalu terbiasa didiaku
Angan kita telah menyatu dan merajut
Kutaktahu kenapa tiba-tiba hampiri lagi
Selalu sedih harus diaku lagi
Tiba-tiba jadi pembunuhku lagi
Kau persembahkan rajutan di akihr pejamanmu
Ini tak ada dengan diaku dan kamu diaku
Ini masih asing di perapianku
Semua tampaknya tak pernah kukenali
Matamu terlalu gelap tuk memulai rajutanku
Semua tak pernah terbayang
Hanya ada apa perdayakanku
Permainan misteri pantaslah tuk ini
Kamu yang ini perlu banyak ku pelajari
Kamu yang ini tak pernah turun diaku
Kulihat kamupun terlalu jauh dari anganku
Hanya ada apa berdayakanku
Ku tak berani ambil rajutan disini
Mungkin untuk saat ini ataupun kapan
Ku masih misteri dengan apa ini
Ku takut dia dan kamu diaku masih kendaliku
Ku tak tahu harus berbuat apa
Yang in kamuku terlalu baru
Asing masih bisadibilang iya
Kebisaanmu tak terlalu ku tahu
Semua masih baru diaku
Hanya kau perdayakanku
Ku taktahu apa ini yang dikamu
Semua masih belum kupelajari
Rajut tak berani kuajak kamu
Kau tahu disini puncak bingungku?
Kamu pesonakanku disaat ini
Hanya kendaliku masih didiaku dan kamu diaku
Ku masih terus disisi kamu ini
Ku tak tahu bingung mengarah kemana
Disini kutak bercerita banyak
Karena ini terlalu baru diaku . . . .
Tak tahu aku dimana aku yang diaku itu
semua cerita itu masih dipuncak bingungku
kumasih yakin didiaku yang lama . . . . . .
Komentar
Karang, meski terangkut ke
Karang, meski terangkut ke dasar daratan, tak pernah sesekali ia lupa asin air lautnya. Karena, disanalah ia lahir, tumbuh, hingga akhirnya terangkut ke anah berantah, nun jauh Jakarta sana. Jazil, sahabatmu, yang pernah hidup bersamamu di dasar samudera Masaran.
Tulis komentar baru