Bukan hanya air mata Kendeng
yang menggenang dan tumpah
di pelipis penggunungan
tempat kehidupan rakyat yang berjuang
Tapi ia adalah kalbu duka dalam kabut
yang telah dilepas
yang telah ditabur
di kolong tempat tidur massa tak cukup energi
Ia adalah pertengahan yang terus menjalar
menampilkan gundukan urat-urat keganasan
yang tak mau diputus
yang tak mau dimadu
Oh, di bawah langit tempat Merah-Putih berkibar
tempat Elang berselancar di awan
masih belum tahu dimana lagi duka itu tumbuh
Telah berbusa mulut, telah berpeluh tubuh
telah sekian nyawa melayang
menangkal duka, mengapus air mata
namun belum juga usai hanyut ke neraka derita itu.
Mungkin ia tak mau beranjak pergi
atau ia diundang tanpa masa untuk pulang
Jika begitu, siapa yang mengundangnya!
Oh, yang berkata begini adalah yang dirasa dan merasa
Maka lekaslah berkumpul wahai penjaga jagat
mari gelar tuas penukik
biar kita merakitkan perahu satu arah
sebagai pengantar kabur derita ke tempatnya
dan jika ia tak mau pulang
mari kita antarkan ia kembali kepada tuannya yang mengundang
setelahnya kita dirikan penangkal untuk hari esok
Jogja, 02/03/17
Komentar
Tulis komentar baru