Puisi: Hafney Maulana
Inilah catatanku yang tak pernah tuntas. Dari tanah kelahiran yang memainkan sandiwaranya sendiri. Pada kerikil-kerikil tajam penuh kepedihan menyentak kehampaan silam dalam gumpalan air mata
Pentas pertunjukkan yang kita bangun dari babak perlawanan sejarah pahlawan yang tak kenal menyerah menyeka darah bercampur debu bahkan lumpur menjadi para syuhada tak bernama. Nyawanya adalah nasib rakyat tanpa niat pribadi apalagi buat diri sendiri. Hanya bangsa dan negara semata.
Rumah-rumah kesombongan telah menenggelamkan kita, ketika pejuang yang kini renta hanya bisa meneruskan catatannya dalam kegetiran sebagai abjat-abjat diantara gemetar tangan menghitung hari
Semestinya catatan ini kita tutup sampai di sini.
"Pahlawan tanpa tanda jasa" membuat jarak kita semakin jauh. Jangan kau tanya cinta, jika tubuh kehilangan fitrah, jika darah jadi nafsu yang menghempas daun dari putiknya demi dasi dan kursi.
Inilah kepedihanku penuh pilu seperti sembilu dari sejarah yang kita buang dan kubur, namun kau tak pernah tahu dengan suara lamat ia berbisik padaku:
Merdeka adalah jiwa kami
Merdeka adalah tekat kami
Merdeka adalah semangat kami
Merdeka adalah cinta kami
Tepat di depan jam kota ia berhenti menarik nafas lega menghitung detik-detik waktu.
#Puisi_hafney maulana
Tembilahan, 19/08/16
Komentar
Tulis komentar baru