Puisi Bait Kata Suara (PBKS), adalah komunitas yang konsisten pada pergerakan kesusastraan yang diikuti oleh penyair dari berbagai kalangan baik pemula, penyair kenamaan, penikmat, pemerhati dari empat negara yakni, Malaysia, Singapura, Indonesia dan Brunei Darussalam: menyatukan pandangan melalui kekaryaan—memanusiakan manusia menuju peradaban bahasa melayu.
Keinginan untuk mendokumentasikan karya-karya para ahli PBKS dalam sebuah buku dengan niat turut menghidupi degup kesusastraan serumpun tentu tidak berlebihan. Pengumpulan dan penyeleksian puisi dilakukan selama 2 (dua) bulan dimulai dari bulan Januari sampai dengan Februari 2013, kemudian diseleksi hingga bulan maret.
Tim kurator yang terdiri dari Mahbub Junaedi (Indonesia), Noor Aisya (Singapura), Kameelia Kameel (Malaysia), dan Muhammad Rois Rinaldi (Indonesia) memiliki spesifikas tersendiri untuk menyeleksi 250 penyair yang mengajukan naskahnya yang kemudian terpilih 85 penyair. Jika Mahbub Junaedi menitikberatkan pada soal-soal yang sangat dekat dengan kedirian penyair seperti “Suara hati yang murni” dapat diartikan sebagai kejujuran penyair dalam menulis karyanya, “Keindahan”: lebih lekat pada nuansa ruh yang ditangkap dari sebuah teks puisi, “Perlambangan alam”: sesuatu yang membumi—alami dan Keberanian dalam pengungkapan kata baru yang berbeda dari setiap puisi, yang tidak latah atau pengekor dan mengandung sentuhan estetika yang murni dari penulisnya. (Eksploratif).
Berbeda dengan Noor Aisya yang memandang dari segi “Kreativiti” (baca: kreativitas), “Originaliti” (baca: orisinalitas), Estetika, dan “Penyampaian pesan bahasa”. Hampir senada dengan Mahbub Junaedi, Kameelia Kameel memfokuskan penilaian pada “Pesan yang terkandung dalam puisi serta “Rasa yang menghidupi jiwa saat membacanya”. Sedang Muhammad Rois Rinaldi melihat dari aspek “Orisinalitas & Kebaruan ungkapan”, “Kepaduan & Musikalitas”, Ke-intensif-an” , serta “Ruang jelajah puisi”. Dari perbedaan itu, menghasilkan pertimbangan dari berbagai hal sehingga muncul nama-nama berikut:
1. Abdillah Mubarak Nurin (Indonesia)
2. Abdullah Mubaqi (Indonesia)
3. Abdullah Tahir (Brunei Darussalam)
4. Adi Rosadi (Indonesia)
5. Adri Sandra (Indonesia)
6. Ady Harboy (Indonesia)
7. Afiq Ikram Muslimin (Malaysia)
8. Ahmad Sirajuddin Mohd Tahir(Malaysia)
9. Akang Bagja (Indonesia)
10. Aras Sandi (Indonesia)
11. Arther Panther Olii (Indonesia)
12. Ayano Rosie (Indonesia)
13. Andrian Dwi Zulianto (Indonesia)
14. Angin Retak (Malaysia)
15. Ari Witanto (Indonesia)
16. Azie Nasrullah (Indonesia)
17. Bambang Irianto (Indonesia)
18. Bidadari Senja (Indonesia)
19. Budi Syuhandi (Indonesia)
20. Buyah Azmi (Indonesia)
21. Dien Makmur (Indonesia)
22. Didi Pengeja Adabi (Malaysia)
23. Denin Alkangaen (Indonesia)
24. Dimas Arika Mihardja (Indonesia)
25. Din Kelate (Malaysia)
26. Dita Ipul Dua (Indonesia)
27. DM Ningsih (Indonesia)
28. Eko Roesbiantono (Indonesia)
29. Fahd Razy (Malaysia)
30. Faziz AR (Malaysia)
31. Fendi Kachonk (Indonesia)
32. Gina Aisya (Indonesia)
33. Hafney Maulana (Indonesia)
34. Hanne DZ (Malaysia)
35. Haq Qimi (Malaysia)
36. Helmi Juned (Indonesia)
37. Helin Soepentul (Indonesia)
38. Ibnu Din Assingkiri (Malaysia)
39. Jamil Abdul Aziz (Indonesia)
40. Jay wijayanti (Indonesia)
41. KT. Mh Ramadhan (Indonesia)
42. Lody Boyan (Indonesia)
43. Nenny Makmun (Indonesia)
44. Malique Kandayas (Malaysia)
45. Malhis Tompang (Malaysia)
46. Mazni Ayub (Malaysia)
47. Mamu Hasny (Indonesia)
48. M. Abd. Rahim (Indonesia)
49. Mohd Ayadi Hj Mat Jusoh (Malaysia)
50. Mohd Faizal Babh (Malaysia)
51. Moh. Fauzan (Indonesia)
52. Moh. Ghufron Cholid (Indonesia)
53. Murni Sari Ahmad Mashri (Malaysia)
54. Muhammad 'Aldy' Rinaldi (Indonesia)
55. Muhammad rain (Indonesia)
56. Muhammad Jahidin (Indonesia)
57. Norezah BT Ismail (Malaysia)
58. Norjannah MA (Malaysia)
59. Nova Linda (Indonesia)
60. Oscar Amran (Indonesia)
61. Rahmatsyah (Indonesia)
62. Ratu Ayu (Indonesia)
63. Ricky Komara Putra (Indonesia)
64. Sang Bayang (Indonesia)
65. Soetan Radjo Pamoentjak (Indonesia)
66. Srikandi Darma Aloena (Indonesia)
67. Sri Mawar (Malaysia)
68. Susilaning Setyawati (Indonesia)
69. S. Noor Hayati (Indonesia)
70. Syafrein Effendi Usman (Malaysia)
71. Syarifuddin Arifin (Indonesia)
72. Tabir Alam (Malaysia)
73. Tok Batin Sam (Malaysia)
74. Tok Dehasmara (Malaysia)
75. Tosa Poetra (Indonesia)
76. Usup Supriyadi (Indonesia)
77. Vanera El Arj (Indonesia)
78. Wahyu Toveng (Indonesia)
79. Windu Mandela (Indonesia)
80. Yessika Susastra (Indonesia)
81. Yuda Apriansyah (Indonesia)
82. Yudi Damanhuri (Indonesia)
83. Yussof Abdullah (Malaysia)
84. Yusti Aprilina (Indonesia)
85. Zawawi Aziz (Malaysia)
Delapan puluh lima penyair dari empat Negara tersebut terhimpun dalam sebuah antologi bertajuk: “Lentera Sastra” yang Insya Allah akan dilaksanakan launching-ya pada hari Sabtu 22 Juni 2013 di Kampung Batu Muda, Batu 4 ½ Jalan Ipoh 51100 Kuala Lumpur Malaysia jam 08.00 pm-12.00 pm.
Launching Lentera Sastra, di isi oleh orang-orang yang berkompeten di bidangnya. Sebut saja bedah buku yang dipercayakan pada Prof. Dr. Sudaryono,M.Pd (Jambi, Indonesia), Djazlam Zainal (Malaysia), dan Muhammad Rois Rinaldi (Cilegon, Indonesia). Selain bedah buku, yang tak kalah menarik pembacaan puisi kolaborasi antara Noor Aisya (Singapura) dan Yatim Ahmad (Sabah), Ezah Noor (Malaysia), Hanne Dz (Malaysia) dan Syarifudin Arifin (Indonesia), Noorjanah MA (Malaysia) dan Adri Sandra (Indonesia), Afik Ikrom Muslimin (Malaysia) dan Oscar Amran (Indonesia). Launching Lentera Sastra juga diisi dengan musikalisasi puisi oleh deklamator kenamaan Malaysia, Amran Ibrahim Rashidi.
Digelar bertepatan dengan pasar malam, sehingga tidak lagi acara sastra dipandang ekslusif melainkan sudah terbuka untuk umum. Semua yang berada di pasar malam dapat turut menikmati. Acara ini dapat dilaksanakan berkat kerjasama yang baik antara segenap panitia yang terdiri dari Comic Comot (Malaysia), Bintang Kartika (Malaysia), Muhammad Rois Rinaldi (Indonesia), Sonny H. Sayangbati (Indonesia), Mahbub Junaedi (Indonesia), Ezah Nor Ismail (Malaysia), Bard Vilanova (Malaysia), Noor Aisya (Singapura), Melinda Nour (Malaysia), Luluk Andrayani (Indonesia), Fahmi Mcsalem (Indonesia) dan Yatim Ahmad (Sabah).
Semoga kita semua masih dapat menyakini bahwa bukan sebuah keniscayaan ruang-ruang kesusastraan dapat menjadi mediator kebudayaan dan komunikasi sekaligus diamini sebagai salah satu ruang alternative bagi kerja-kerja yang tidak saja dapat menstimulus inspirsi dan peluang-peluang silaturahmi, tetapi juga pekat lekat dengan nilai-nilai kesadaran dan kearifan budaya dalam menyikapi hadirnya ragam kultur dan heterogenitas. Ruang yang melahirkan keaneragaman sekaligus merukunkan kembali negeri serumpun. Lentera Sastra telah lahir dan akan mempersatukan tekad. Tentu berbahagia menyambut kelahirannya! Salam Merdeka Jiwa dan Badan.
Muhammad Rois Rinaldi
Ketua Komite Sastra Cilegon
Komentar
Tulis komentar baru