ia mencecap amis angin yang terbang di depan rumah
aroma kecut menyeruak
dari karung bekas
yang setiap minggu diangkat
ia mengibas seikat kenangan
kenangan waktu yang dirangkai
pada seutas benang yang menjulur ke langit
dulu pernah terjadi,
ketika ia menghitung detak jam
meniris keringat yang bau
mengusap peluh yang melekat di dahinya
ia terus merajuk pada nasib
di depan pintu yang sepi
menyusun angan di kepalanya
mengorek kata yang tepat
tapi ia gagal memilihnya menjadi sebuah pesan yang membalut kesunyian
gundah terpuruk di tumpukan sampah
resah bersemi di kedalaman jiwa
air mata hanyalah lintasan kesedihan
yang menghiasi warna pagi dan petang
menjadi buih liar menebar di halaman wajahnya
orang orang menyisir angin memuja waktu
tapi ia memahat udara di bawah terik
ada bahagia yang ditinggalkan
langkahnya merubah masa
meninggalkan tapak tapak yang diraba debu
sepenggal hari tak sekadar mampir di benak siang
di hamparan sampah tanpa aksara
ia menjadi sajak elegi yang membumbung ke langit
agustus, dua ribu delapan
pada seutas benang yang menjulur ke langit
- 1199 dibaca
Komentar
Tulis komentar baru