Tak rontok, bulu mata yang bengkok
Rayuannya elok, mengejek, perasaan berolok-olok
Demikian, hubungan kita terencam semakin belok
Jangan kau diamkan, goblok! Ia mulai terseok-seok
Biar kucolok matamu yang kosong, menatap sombong
Karena kiranya kita tak toleran bohong
Lantas mampukah dahi mengawali kelahi?
Sebab mulut lebih memilih mati, ia enggan memaki
Luapan manisnya kata, menuang rasa
Mengisi ruang gelas kaca yang sedang bolong
Namun dusta kan menista hal yang niscaya
Jatuh percaya, pecah ia, hancur tak tertolong
Demikian, dua orang, dua bayang
Satu lampu, bersama dalam naungan
Aku tau kau tak tau, mustahil kita menyatu
Sayang, cuma kan sebatas sayang
Perbedaan larang, paksa berseberangan haluan
Sehingga, tiada ku tunggu, hadirmu, kembali semu.
Bandung, 28 November 2019.
Komentar
Tulis komentar baru