Lihatlah pada langit terbentang membiru jernih
angin mengarak mega mengusap lembut mentari
merah jingga indah mewarna di kala senja
malam ditingkahi cahaya rembulan bersinar penuh
bertabur bintang-bintang kedap kedip di mata bumi
lihatlah gunung tegak perkasa menjadi panglima
bukit-bukit lambang harmonisnya belantara
lembah-lembahpun berbisik menahan rindu tak terjamah
sungai-sungai mengalir gemercik anugrah alam
rimba-rimba menjadi ibu dari leladang dan sesawahan
lihatlah pada angin meniupkan segala ‘ruh’ mengisi rongga-rongga dada
api; menjadi mata di kegelapan dan suluh bencana yang membakar
kayu; menjadi tiang-tiang sandaran lelah; tongkat kebinasaan
tanah; awal kehidupan dan akhir kehidupan
air; mensucikan segala dosa, pembasuh dahaga dan menenggelamkan daratan
semesta adalah firmanNya
lukisan nyata akan kebesaran cintaNya
jelmakan tafsir cinta sebelum berakhir waktu
termakan lupa dan uzur usia
(kotadebu, desember 1989)
Komentar
Tulis komentar baru