Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.
Bulik diam. Aku juga diam. Sepanjang perjalanan kami diam. Dunia benar-benar sunyi, hanya suara mesin bus yang meraung-raung membelah malam. Entah apa yang akan simbah kakung ceritakan kepada kami jika mendengar bunyi raungan itu. Akhirnya aku tertidur pulas. Entah berapa lama. Dan aku terbagun ketika bulik membangunkanku.
Komentar Terbaru