Pada mulanya, orang Batak mengenal satu dewa namanya Mulajadi Na Bolon. Mulajadi Na Bolon menciptakan seekor ayam. Ayam ini paruhnya dari besi, tajinya sebesar kepompong dari tembaga. Ayam ini bertelur, telurnya tiga tiga. Telur ayam itu lebih besar dari sang ayam. Kemudian disuruhlah burung layang-layang sebagai perantara untuk menanyakan kepada Mulajadi Na Bolon yang tinggal di langit ketujuh. Seekor burung layang-layang yang menjadi pesuruh itu lalu terbang ke langit ketujuh untuk menyampaikan pertanyaan kepada Mulajadi Na Bolon.
“Debata Mulajadi Na Bolon, kenapa telur ayam itu lebih besar dari ayam yang menelurkannya?”
“Oh, nggak apa-apa itu!” kata Mulajadi Na Bolon kepada burung layang-layang. Lantas dikirim 12 butir padi kepada ayam melalui burung layang-layang. Mulajadi Na Bolon berkata kepada burung layang-layang untuk disampaikan kepada ayam yang mengutusnya.
“Makanlah padi ini bulan satu. Setelah 12 bulan, nanti paruhmu gatal. Patuk sajalah telur itu tiga tiga”.
Burung layang-layang dengan setia menyampaikan pesan Mulajadi Na Bolon kepada ayam. Begitu telur itu dipatuk, maka dipatuk pertama muncul manusia kembar namanya Batara Guru bersama kembarannya Raja Odap-odap. Namun, orang tak mengenal kembarannya ini. Lalu, pada patuk kedua, muncul lagi dua orang yang bernama Batara Sore bersama kembarannya Diurmajati. Telur ketika juga dipatuk, dan muncul lagi dua manusia yaitu Manga Bulan atau Batara Bulan dan kembarannya, Raja Parojar. Dengan demikian, orang Batak mengenal tiga dewa selain Mulajadi Na Bolon. Ketiga dewa itu adalah Batara Guru, Batara Sore, dan Mangala Bulan atau Batara Bulan.
Konon, Mulajadi Na Bolon menyuruh burung layang-layang turun membawa tiga ruas bambu. Ruas bambu itu disuruh untuk ditanamkan. Setelah satu bulan dimakan satu, satu bulan lagi dimakan satu, hingga bulan ketujuh terasa gatal paruhnya maka dipatuknya bambu tersebut dan keluarlah tiga putri. Mungkin itulah asal usul tentang dari mana orang Batak berasal.
Beberapa waktu kemudian, putri pertama, kedua, dan ketiga kawin dengan Batara Guru, Batara Sore, dan Batara Bulan. Jadi, yang namanya Raja Odap-odap, Diurmajati, dan Raja Padoh belum kawin karena belum mempunyai pasangan. Dari hasil perkawinan ketiga dewa itu, masing-masing mempunyai satu orang anak yang terdiri dari satu perempuan. Putri Batara Guru namanya Si Boru Deak Parujar yang disuruh kawin dengan Raja Odap-odap, kembaran bapaknya itu. Namun, ia tidak mau karena Raja Odap-odap tampangnya seperti kadal.
Putri kedua yang merupakan anak dari Batara Sore bernama Nanbaura. Selanjutnya, putri Batara Bulan bernama Narudang Pulu Begu. Di antara tiga putri itu, Si Boru Deak Parujar yang tidak mau kawin dengan saudara kembar bapaknya, sedangkan putri yang lain kawin dengan saudara kembar bapaknya masing-masing.
Si Boru Deak Parujar berkata kepada Mulajadi Na Bolon, “Kasihlah sama aku benang atau kapas biar kudandan menjadi benang untuk menjadi suatu kain. Kalau selesai kutenun selembar kain, baru kumau kawin dengan dia”.
Permintaan itu dipenuhi Mulajadi Na Bolon. Bekerjalah Si Boru Deak Parujar untuk memenuhi janjinya. Tetapi yang terjadi, kalau siang dipintalnya maka malam dibongkarnya lagi hasil tenunan itu sampai tujuh tahun tujuh bulan lamanya. Oleh karena itu, dituntutlah janjinya oleh Mulajadi Na Bolon. Banyak alasan yang diberikan Si Boru Deak Parujar. Akibatnya, dia dibuang dari langit. Maka, sampailah ia di suatu tempat bernama Banua Tonga atau benua tengah. Di benua tengah ini, Si Boru Deak Parujar menjalani masa pembuangan dari dunia langit.
Benua tengah itu adalah bumi yang kita kenal sekarang ini. Namun ketika itu, benua tengah belum terbentuk, masih berupa air. Suatu saat, Si Boru Deak Parujar berpesan kepada burung layang-layang untuk disampaikan kepada Mulajadi Na Bolon bahwa ia menginginkan segenggam tanah agar ia dapat membuat bumi. Setelah tanah diberikan, Si Boru Deak Parujar membuat bumi dari segenggam tanah tersebut. Luas bumi yang dibuat Si Boru Deak Parujar kira-kira menjadi seharian perjalanan untuk mengelilinginya.
Tidak berapa lama kemudian, Mulajadi Na Bolon menyuruh Raja Padoha untuk mengganggu Si Boru Deak Parujar. Karena, telah berkali-kali Mulajadi Na Bolon meminta Si Boru Deak Parujar agar naik lagi dan kembali ke dunia langit, namun ia tidak mau. Ia enggan kawin dengan Raja Odap-odap.
Raja Padoha adalah seorang yang ahli membuat topan dan gempa. Dia adalah dewa gempa. Sedangkan untuk membuat petir ada Diurmajati, ahli petir. Kemudian dunia tengah pun diguncang sehingga dunia menjadi rusak. Lalu, dicari-cari sumbernya hingga jumpa. Dikatakan sumber kerusakannya, agar Si Boru Deak Parujar mengetahui bahwa ia digoda oleh Raja Padoha. Padahal, Raja Padoha sadar betul kalau Si Boru Deak Parujar telah ditunangkan dengan Raja Odap-odap oleh Mulajadi Na Bolon.
Setelah peristiwa tersebut, Si Boru Deak Parujar menyuruh burung layang-layang untuk meminta tali kepada dewata. Burung layang-layang ke langit ketujuh menemui Mulajadi Na Bolon, dan ia kembali dengan membawa tali yang kuat. Si Boru Deak Parujar dipaksa naik ke langit. Namun dimintanya lagi segenggam tanah untuk memperbaiki bumi yang telah dirusak Raja Padoha.
Lalu, disuruhlah Raja Odap-odap turun ke bumi. Si Boru Deak Parujar bersembunyi sehingga Raja Odap-odap penasaran mencari sampai akhirnya bertemu. Memang muncul perasaan yang lain. Namun untuk menjalin hubungan suami istri selalu saja ada ganjalan-ganjalan. Akhirnya, Mulajadi Na Bolon mengultimatum Si Boru Deak Parujar sehingga ia bersedia kawin, itu pun setelah melalui proses yang panjang.
Perkawinan Si Boru Deak Parujar dengan Raja Odap-odap melahirkan manusia pertama namanya Raja Ihat Manisia dengan Boru Itam Manisia. Kemudian diundang semua penghuni langit. Turunlah Debata Mulajadi Na Bolon, Batara Guru, Batara Sore, dan Batara Bulan. Semua dewa turun lewat benang yang pernah dipintal Si Boru Deak Parujar. Turut pula Debata asih-asih. Mereka pun diberkati para dewa yang turun ke bumi. Tempat turun Mulajadi Na Bolon di Pusuk Buhit. Dari Pusuk Buhit itu mereka berjalan ke Sianjur Mula-mula.
Setelah acara selesai, mereka pulang dengan melewati jalan yang sama ketika turun ke bumi. Satu per satu mereka naik ke dunia langit, dengan didahului oleh usia yang tertua. Ketika semua mencapai atas dan masih berada dalam perjalanan, tiba-tiba benang itu terputus. Debata Asih-asih, Raja Ihat Manisia, dan Boru Itam Manisia pun terjatuh dari benang. Benang yang terputus dari langit tersebut ternyata terputus menjadi delapan bagian. Kedelapan bagian itu terbang menuju kedelapan penjuru mata angin.
Akhirnya, mereka pun tertinggal di bumi dan tidak bisa lagi naik ke langit. Debata Asih-asih menjadi pendamping manusia. Selanjutnya, lahirlah lagi putra Raja Ihat Manisia dan Boru Itam Manisia yang diberi nama Raja Miok-miok. Raja Miok-miok pun beranak hingga bercucu dengan nama Raja Tantan Debata. Raja Tantan Debata menurunkan anak bernama Si Raja Batak. Dari sinilah asal-usul orang batak menurut salah satu versi mitologi Batak.##
ASAL-USUL ORANG BATAK
- 2884 dibaca
Komentar
Tulis komentar baru