Menunggu Kesadaran Langit
Telah kusaksikan, murka
meledak di jantung Palestina. Gemerlap
mencair lautan darah. Semua menuliskan perih
pada sudut-sudut tergelap. Ke palung bumi
para suhada disemayamkan. Dan, zikir-zikir
lenyap ditelan mesiu. Kusaksikan duka
berkubang dalam lumpur reruntuhan. Mengalirkan
nama Palestina sepanjang sungai waktu. Dan suaraku
serak. Bergetar perih memenuhi udara. Sesekali
kudengar alunan ayat-ayat suci dari tempat jauh. Lamat-lamat
bersama nyeri airmata. Masih, di luar cuaca berdesir
menyimpan patahan tetangis tak sempat mengudara.
Angin bergetah menghanyutkan gerak bibirku. Langit
masih diam menyimpan cahaya doa-doa. Kutukan menyerupai
ambang kepunahan. Maka, dari tempat jauh kubangun
ribuan sujud di atas hamparan sajadah. Mengulang permintaan
dalam kumandang putus asa. Menunggu kesadaran langit
dalam setiap denyut napas. Disepuh warna kelabu garis-garis
kematian mematri sejarah Palestina. Berkelok-kelok dalam
genangan waktu. Melayang dalam badai. Meniti tangga langit
sambil berseru memanggil namaMu.
Komentar
Tulis komentar baru