Adalah hati yang telah menjadi gulita malam
gelap hati kerna kabut penghalang
lebih gelap ketimbang awan mendung di ufuk malam
Wahai anak negri, tanah kelahiranku
Bangun, bangunlah!!!
Seratus tahun telah berlalu!
Musim telah silih berganti datang
Melukis awan di langit kehidupan
dengan tangan hati berkuas angin
pada kanvas hasilnya berubah-ubah
Gumpalan awan putih kadang berubah menjadi gelap
Ladangilah darahku yang menggenang dan membeku
pada sebidang petak tanah dukaku yang gersang
tanamilah dengan bibit-bibit rindumu yang terbaik
Duhai penikmat kekuasaan
dibalik kesantuanmu, bagaikan sebilah pedang
lidahmu tajam menghujam kedalam dada
kami yang dulu berjuang demi perubahan nasib bangsa
sunyi malam
malam sunyi
sunyi bergetar
rindu menggetar
jiwaku terkapar di lorong kepasrahan
(1)
Sebuah pohon Meranti raksasa di atas bukit
Ketika menilai sekilas dari wajahmu
aku hampir tak percaya dengan reputasimu
ketika kutatap kedua bola matamu
aku tak menemukan sebuah jejak pun dari cahayanya
Hujan rintik-rintik di tengah lautan
menciptakan riak-riak ombak di sela pulau-pulau kecil
diriku tengah memancing seorang diri di atasnya
Cilegonku membisu, lama tiada kabar berita
indah semburat jingga di ufuk langit jadi kehilangan makna
aku berjalan tanpa arah tujuan, hati ku terasa hampa
Komentar Terbaru