Tuhan, akalku terbatas
Tapi hamba kerap merasa cerdas
Kala lelah menghadapi masalah
Kadang bertanya, kenapa aku ada
Aku lupa, daya ingatku
Aku memilih bersikap biasa
Sedemikian datar di tengah kesal
Bukan berarti tak tahu apa-apa
Tapi aku percaya ada Rabb Sang Maha
Basah tangismu hari ini
Tak selamanya gerimis
Menderas, kemudian reda
Memeluk suara cinta
Jika bukan dirimu
Celaka
Pura-pura aku dipuja
Layaknya benda berharga tak bernyawa
Karena mata-mata itu melihatku berbeda
Hmmmmmm
Ya, aku lahir dari putrakrama yadnya
Ketika tubuhku di ranjang
Kau datang sebagai dingin
Dan angin yang kadang kadang tenang dalam kenangan
Ketika tubuhku diranjang
Telah datang sang senja menjemputku
Dengan kereta kencananya dia kemari
Daun yang gugur dan dahan yang menari nari
Mengiringi perjalananku kali ini
Ku simbak malam berbalut kelam,, Saat bayang tak mampu ku genggam, Saat penantian hanya bungkam...
"AKHIRNYA KAU MEMILIH DIAM"
Pesat saut kilat membelah lautan
Tak kuasa diri ini menyangkal takdir
Hanya seonggok badan...
Hanya seorang hamba...
Waktu itu aku berlari kencang demi tujuanku
Tiada pamer dan menjadi juara
Tiada kompetisi tiada dendam
Ada tujuan yang ingin aku peluk,
Komentar Terbaru