Debu-debu kota melekat di dahimu, mengikuti lelah yang tiada kalah dari puisi cinta merayu
Kita adalah muda-mudi
Keringat sengat mengalir dari wajah kota dipertuan tuan-nyonya
Belum aku hingga mampu sampai mati
Hati yang lukanya dari derai satu dua kata-kata
Dari tajamnya tombak hingga duri terperi
Tiada semua untukku rasa itu
Tujuh puluh satu tahun untukmu
Indonesiaku tercinta
Ada banyak hari yang berlalu sebelum dan lampau
Jika dibanding usia ini
Adalah ukiran sejarah terpahat dalam kenangan
Dan hari itu....
Keringat setia,
Adalah pekik MERDEKA
Tempoe doeloe
Suara lantangmu harus dibayar dengan kucur darah & nyawa
Untuk kini udara yg kuhirup
Komentar Terbaru