Debu-debu kota melekat di dahimu, mengikuti lelah yang tiada kalah dari puisi cinta merayu
Kita adalah muda-mudi
Keringat sengat mengalir dari wajah kota dipertuan tuan-nyonya
Bau keringat semakin kecut digilas roda zaman
Menguap pun kepada awan teduh tak sampai menusuk hidung ketua
Aku ingin hujan di kota-kota
Muda-mudi tak akan pernah tua
Aku ingin bermain hujan
Melepaskan letih sangat ini
Melupakan puisi cinta yang semakin sakit terdengar
Masihkah engkau mendengar ketua
Tangisan darah puisi cinta
Ah, lupakanlah dan kau pernah muda sekeringat letih muda-mudi sekarang
Komentar
Tulis komentar baru