Seperti panglima yang menyeru,
lantang kepada pasukannya,
Dia bilang kepadaku, tepat
di depan mataku
"Inti hidup, ya, taqwa !"
Jika ditanya
Tempat apa yang paling saya suka,
Saya jawab ia jalan
Sepertinya hanya di jalan
Pohon-pohon di pinggiran,
Bisa berjalan berganti tempat
Keputusan-keputusan dalam hidup kadang lahir dari harapan-harapan yang jauh, mimpi-mimpi yang jatuh, keinginan-keinginan yang tak lagi utuh karena kepalamu terlalu ramai menampung setiap kata dari manusia lain.
Di atas desiran gurun,
Kau, Tuan
Datang dengan telapak tangan sedingin kelopak teratai
Kelembutannya membelai, lebih dari sutera
Sungguh heran inlander itu masih bisa tertawa
Mengumbar kata-kata di atas meja penggawa
Sorak sorai tanpa beban derita
Malam akhir pekan,
Menyapa gadis-gadis belia
Dengan bedak dan celaknya
Tak sabar menanti
Masanya dua manusia berdansa
Di tengah hiruk pikuk
Ia berjalan tertunduk lusuh.
Kata-katanya bisu menggapai rembulan.
Mimpi-mimpinya kelu tergantung di langit malam.
Tertahan,
Suaramu di langit-langit malam.
Bersama temaram kau seduh rembulan,
Ke dalam kopi yang hadirkan kesyahduan.
Sunyimu aroma luka.
KAGANANGAN PIAN
: Mama Marsiya
Komentar Terbaru