MENGINTIP Ismail Muhaemin
KOSONG
IM
Segala rasa
Jiwalah yang merasa
Apa yang dirasa
Jika rasa sudah tidak terasa
Segala rasa, seperti derita dan bahagia
Sejatinya tak ada
Hanyalah kekosongan saja
Bahkan kekosongan yang ada
Sejatinya pun tak ada
Yang ada hanyalah Yang Maha Ada
Bermacam-macam warna dalam kehidupan kita
Tidak akan berbeda pada akhirnya
Hanya menjadi segundukan tanah saja
Yang terkadang hanya setahun sekali dijenguk oleh keluarga
---------17062018/19:59 wita di Kotaraja, Kutai Kartanegara
Untuk puisi seperti yang ditulis oleh IM kali ini adalah tidak mudah untuk mengomentarinya. Melihat dari apa yang ditulisnya ada 2 kemungkinan yang bisa dibicarakan.
Pertama IM mendalami aliran tarekat tertentu dan dengan pemahamannya tentang aliran itu dia tenggelam dalam “syuhudil qasrah fi l wahdah syuhudil wahdah fi l qasrah”. Artinya “menyaksikan satu pada yang banyak dan menyaksikan yang banyak dalam/pada yang satu”.
Melihat telur ketika ayam, melihat ayam ketika meliha ttelur. Barangkali gambarannya seperti itu.
Melihat gandum, air, dan gula pada roti dan sebaliknya ketika melihat roti ada kesadaran bahwa roti itu paling tidak ada gandumnya, ada air, dan ada gula. Itu jika bukan soti tawar.
Jika ia paham benar akan ajaran tarekatnya maka IM adalah sosok pribadi yang tidak mau melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kebaikan yang bersifat universal.
Jika salah memahaminya maka ia akan menjadi sosok pribadi yang suka dengan segala yang berbau kejelekan yang bersifat universal karena IM beranggapan bahwa semuanya itu adalah ada begitu saja.
Kedua, mungkin IM seorang yang suka membaca ragam buku tentang “pengetahuan dalam”. Dalam kebimbangan ia meraba-raba, apakah yang ditekuninya itu sesuatu yang bisa menyelamatkannya atau malah menjerumuskannya.
Kosong yang dijadikannya sebagai judul biasanya diikuti oleh kata “isi” lalu dibuat kebalikannya sehingga menjadi KOSONG ISI ISI KOSONG.
Tentang KOSONG ISI ISI KOSONG ini sangat banyak tulisan yang bisa kita baca di internet. Mudah sekali membacanya, mudah sekali mencarinya, mudah sekali mengucapkannya tapi sangat sulit untuk menyelaminya.
Ada yang puluhan tahun membaca tapi tetap tidak mengerti namun ada juga yang dengan kata “hu" saja sudah terbuka semesta.
Ada yang menggali bertahun-tahun tapi tidak mendapatkan permata namun ada yang tiba-tiba sadar permata sudah ia bawa sejak lahir.
Mas Doni dalam sebuah komentar pendeknya mengomentari puisi IM sangat jelas menerangkan apakah kosong
Tulis komentar baru