Diadaptasi dari kisah nyata.
Entah lah,semenjak aku memasuki bangku kuliah,aku menjadi pribadi yang aneh,aku benci berbicara didepan umum,menghindari keramaian dan terparah aku betah dengan cara hidup seperti ini.Tindakanku memang terkadang membuat sekitarku sangat kecewa,mulai dari mangaktifkan menolak panggilan telfon otomatis hingga tidak pernah memberi kabar pada siapapun.Terpenting aku telah membuat kecewa diriku sendiri,siapa yang tahu?
Setiap hari aku hanya berdiam diri meski tak seutuhnya membisu.Sehabis pulang kuliah aku habiskan waktu dengan menatap layar laptop seraya diiringi lagu Acoustic Instrumental dan tanpa disadari mulutku bergerak membuat percakapan sendiri,lidahku komat-kamit membuat sajak cinta yang indah namun patah pada akhirnya.Dalam lamunan,aku mengenal tokoh lawan bicaraku,dia bernama Juziyyah Jamillah,ia adalah pribadi sederhana yang begitu mencintai senja,sama sepertiku.Dia memiliki masa lalu yang suram,cintanya ditolak oleh keadaan,rasa percayanya telah direnggut oleh bualan dan masa depannya tidak jelas,lebih suram dari kepulan asap rokok yang aku hembuskan kala itu.Aku begitu banyak mendapat inspirasi kehidupan darinya.
Banyak waktu yang aku habiskan dengannya,hingga akhirnya kami menyadari cinta nyata yang hadir dalam kejadian buatan.Aku mulai sangat mencintai hidupku yang seperti ini,tak jarang kami bernyanyi bersama,menjerit dan terbahak-bahak,semua itu aku lewati begitu saja.
Dalam kehidupan nyata yang mulai kehilangan kharisma untuk kucari misterinya,tak jarang aku kedapatan bicara sendiri dan menyebut nama Jauz didepan teman-temanku,mereka hanya bertanya 'apa kamu gila?' Ya aku memang sudah gila.Tak jarang juga mereka merespon dengan kalimat teramat menyakitkan,'kamu payah !'
Mereka bilang aku jadi so cool,padahal sama sekali aku tidak berniat demikian.Sejujurnya dibalik diam aku tetap bersuara,meraba-raba kata merantaikannya menjadi kalimat yang cocok untuk disampaikan pada jauz,melihat apa yang tak pernah mereka mau lihat dan tidak jarang menghujat mereka yang men-judge ku seenaknya.
Ada juga beberapa sahabatku yang iba,mereka menganggapku dalam keadaan frustasi,tidak bisa beradaptasi dan tak jarang menghiburku,aku berterimakasih untuk itu meski sebenarnya sama sekali tak membantuku.Salah satu sahabatku pernah bertanya,'Apa kamu punya masalah?ceritalah'.Aku benci dengan kalimat itu,seolah meremehkan mentalku.Aku putuskan untuk berlalu tanpa menjawab pertanyaan paling menyedihkan itu.Apa pernah aku menginginkan atas takdir yang menimpaku sekarang?apa kamu fikir enak menjalani hidup seperti ini?Ingin rasanya aku menjawab tanya mereka dengan pertanyaan dariku.
Hari terus berganti nama,aku tetap sendirian ditinggalkan waktu.Ada satu kejadian yang paling tak bisa aku lupakan,ketika aku duduk memandangi senja sambil berfikir apa yang bisa didespkripsikan,datanglah sahabat satu keringatku sejak dibangku SMA.Sahabat yang paling aku percaya.Dia duduk disebelahku dan ikut membisu,kutatap matanya,ia sama sekali tak terlihat tertarik dengan senja dihadapanku.'Ah apakah aku telah begitu berubah hingga sahabatku menjadi ikut-ikutan dingin kepadaku?',fikiranku meracau.Aku putuskan untuk bertanya padanya.
'Apa kamu melihat perubahanku?',tanyaku padanya.
'Tentu saja,semua orang bisa melihat itu',jawabnya ringan tapi cukup untuk membuatku betah melanjutkan pembicaraan.
'Apa kamu tahu sebabnya?'
'Tidak'
'Lalu kenapa kamu tidak pernah bertanya padaku?'
'Aku tahu kamu sejak lama,ada sisi lain dari diri kamu yang tidak pernah bisa aku cari tahu,mungkin kamu juga akan kebingungan mencari jawabannya'
'Tepat',aku tutup percakapan itu dan berniat pergi meninggalkannya.
'Tunggu dulu ! Lama kelamaan kamu mencondongkan kemiripan dengan Dona,sahabat kita sewaktu SMA,kenapa kamu tidak tanyakan dia'
'Terimakasih',ucapku sambil berlalu.
Perlu diketahui aku sama sekali tidak ingin mengubungi Dona untuk mencari jawaban itu.Aku bisa mencarinya sendiri,fikirku kala itu.
Malam 20 Desember 2012,aku putuskan untuk mulai mencari tahu penyebabnya...
Komentar
Tulis komentar baru