Hujan memang selalu menyudutkan aku dalam ruangan.
Kulihat alirannya jualah yang melunturkan pandangan kaca jendela kamar.
Samar-samar tersoroti lampu jalan,kamu berada disebrang masih berdiri membuang mimpi sambil digrepe modernisasi.
Berciuman mesra dengan mewahnya ketidakabadian.
Pakaianmu berantakan dirobek iman yang kini tak sepatutnya kamu pakai.
Menjijikan ! kamu menikmatinya !
Malam itu kamu memang telah dilecehkan oleh pilihanmu sendiri.
Lengkingan cahaya pertama tiba dan akhirnya bangkai citamu mati sendirian diacuhkan keabadian.
Bau bangkainya sama seperti sampah orasimu dimasa lalu.
-Untuk kawan yang sebenarnya lawan-
Dikaki Gunung Geulis
Don Anonim
Komentar
Tulis komentar baru