Di pagi yang cerah, Dul Bejo mengeluarkan senjata kesayangan dari garasi, memulai hari dengan menarik becak sumber kehidupannya sehari-hari, adalah karunia yang selalu disyukurinya, tanpa kesah, bahkan manakala dia jatuh sakit, dinikmati hari-harinya dengan rasa sabar dan syukur.
Bagi kita, fenomena kehidupan Dul Bejo sungguh aneh, bagaimana bisa, pekerjaan menarik becak, yang hasilnya hanya cukup untuk makan hari itu, bisa membuat hati tenang ketika di lain waktu jatuh sakit?
Diiringi oleh celoteh burung-burung dan kokok ayam jantan, pagi ini Dul Bejo mengawali kayuhan dengan kalimat-kalimat do`a yang tak pernah dia lupakan, menambah seolah-olah alam ini menyambut kehadiran Dul Bejo dengan tangan terbuka dan kesuka-citaan yang membahana. Sungguh, membuat iri bagi yang mengerti.
Dengan tatapan mata yakin Dul Bejo selalu optimis, bahwa hari ini dia akan memperoleh karunia-karunia, berkah-berkah yang selalu tercurah, melalui kayuhan dan peluh yang dia cucurkan.
`Cak becak...!`, teriak calon penumpang, dengan cekatan Dul Bejo membelokkan becaknya yang terlanjur melewati sumber teriakan calon penumpang....
Ciiit...suara becak ditahan lajunya.`mau diantar kemana bu?`, tanya Dul Bejo
`ke jalan Durian Emas bang, cepat ya bang?!`, jawab singkat dari penumpang....
`silahkan naik bu....`, tukas Dul Bejo sambil menjungkit becak agar memudahkan penumpang menaikinya.
`aduh...lambat sekali sih bang?!, cepetan sedikit apa tidak bisa?`, keluh penumpang.
`maaf bu saya rasa ini sudah cukup kencang....`, jawab Dul Bejo kalem.
`abang bagaimana sih?!, apa baru bisa menarik becak ya?, bisa-bisa aku terlambat nih!, kalau aku terlambat, abang mau mengganti kerugian gara-gara aku terlambat?!`, cerocos penumpang.
`maaf bu.., kalau boleh tahu, berapa kerugiannya?`, jawab Dul Bejo polos.
`eh..,memangnya abang punya uang banyak?, mana bisa abang tutup kerugianku`, ejek sang penumpang.
`saya tidak tahu bu, mampu atau tidak saya menutup kerugian ibu, tapi saya yakin bahwa yang memberi dan mengatur rejeki bukan kita....`, agak filisofis juga jawaban Dul Bejo.
`Oke, kalau abang menantang saya, bagaimana kalau aku rugi seratus juta hari ini?`, tantang si penumpang.
`haa?, besar sekali kerugiannya....apa aku mampu membayar uang sebesar itu?`, gumam Dul Bejo
`baik bu ...akan saya bayar uang sebesar itu, tetapi sebaliknya jika ibu saya antar tepat waktu apa yang akan ibu berikan kepada saya?`, timpal Dul Bejo santai...
Sang penumpang berfikir sejenak,`pintar juga jawaban abang becak..., mana ada berat sebelah, dimana-mana baik pihak kesatu maupun pihak kedua memiliki hak dan tanggungjawab yang berimbang`
`Okey...akan saya beri separuh dari seratus juta!`, tanpa berfikir panjang penumpang membalas.
Tiba-tiba badan becak oleng dan berbalik arah....
`eittt...bang bang! apa-apaan! mau dibawa kemana saya ini?!,`teriak sang penumpang.
`maaf bu, ibu harap tenang`, bergaya seperti sopir angkot yang handal Dul Bejo menjawab.
tak seberapa lama Dul Bejo sudah tiba di pangkalan taxi...
`silahkan ibu turun bu....`, pinta Dul Bejo.
`?`, sang penumpang sudah mulai menangkap maksud abang becak.
`silahkan ibu duduk di belakang, saya di depan....`, Dul Bejo setengah memerintah.
`ya..ya`, jawab sang penumpang tergagap-gagap.
`bang antarkan saya ke jalan Durian Emas....`, petunjuk Dul Bejo singkat.
`Baik...`, sopir taksi segera mengerti tujuan yang diminta.
tak seberapa lama taxi sudah di depan kantor yang dituju, terpampang di papan nama kantor `Pengacara dan Advokasi`.
`biar saya yang bayar bang....`, sang penumpang berusaha mendahului, tetapi Dul Bejo ternyata lebih cekatan, sebelumnya telah dirogohnya kantong yang penuh uang receh.
`maaf bu, ini tanggungjawab saya...`, jawab Dul Bejo sopan.
`berapa bang?...`, tanya Dul Bejo
`lima puluh ribu saja bang..`, jawab sopir taksi datar....
`ini bang limapuluh ribu, maaf uang receh...`, asung Dul Bejo....
`ah...tidak apa-apa, saya malah senang bang, bisa untuk anak saya yang kalau diberi uang besar tidak ada kembalian...hehehe`, canda sopir taksi.
Sejurus kemudian, sang penumpang mempersilakan Dul Bejo untuk masuk kantornya.
`maaf bu..., perjanjian tadi dianggap batal saja, ibu cukup mengganti ongkos saja....`, Dul Bejo memecah kebuntuan.
`Bang...ingat, saya ini orang yang punya komitmen, mana mungkin aku cedera janji?`, dengan nada tegas dan mendongakkan kepala sang penumpang, seolah-olah bahwa dirinya orang yang taat dalam hal perjanjian.
`maaf bu...mana mungkin uang sebesar itu saya terima tanpa bekerja?`, tukas Dul Bejo
`Hebat juga ini tukang becak...`, sang penumpang bergumam dalam hatinya.
`baiklah, tetapi sebelum pulang, masuk dulu ke kantorku....`,
`maaf bu...kantor ibu terlalu bersih, sementara badanku kotor dan bau keringat.....`
`memang sih badanmu dekil, tapi....ya sudahlah...ini uang ongkos tadi plus ongkos becaknya`,
`terimakasih bu....`, Dul Bejo menerima pemberian dan segera bergegas menuju becaknya.......
(bersambung keCintaku di negeri damai (bag-II) )
Komentar
Tulis komentar baru