Wahai kawan-kawan!
Sekali ini,aku ingin berkisah.
Tapi bukan sebuah romansa milik shakespear
Atau filosofi-filosofi asmara hasil ocehan kahlil Gibran.
Sekali ini
Aku ingin berkisah, kisah tentang Suminah;
Penghuni rumah sebelah.
Jika engkau bertanya: siapa betina ini?
Maka akan kuterangkan bahwa dia ini seorang bunga dusun.
Wujudnya elok nan alami, sama sekali bukan hasil rekayasa kosmetika.
Rambutnya adalah sebentang selendang hitam,
Badannya adalah seperangkat alat musik buatan spanyol,
Setiap jantan pasti ingin memainkannya hingga keluar simfoni indah.
Dan kau tau julukan dia sekarang?
“BETINA GILA”, itulah kini yang diteriakkan bocah-bocah dusun
Sembari memberakinya.
Suminah, makan bekas anjing minum air kencing.
Dia dicampakkan melebihi orang putih Amerika membenci pribumi,
Ia disisihkan melebihi orang-orang Yahudi yang dibantai NAZI.
Dia dihinakan, sebenar-benar hina.
Pernah sekali, biniku membawa Suminah masuk rumah.
Kasihan, begitulah katanya.
Aku risih. Tapi suminah berkata, “Tenang, aku ini waras!”
Biniku lalu hidangkan bermacam roti, daging, serta soda.
Tapi Suminah cuma ambil sepuntung rokok, sisa HanSip yang sudah dua hari.
“Kau benar-benar mengira aku gila? Bodoh!” ucap Suminah penuh asap.
“Baiklah, akan kubagikan kebenaran.
Aku begini gara-gara seorang pejantan asing yang datang ke dusun
Dengan bermacam alat dan obat-obat aneh. Dia cobakan itu semua padaku. Kadang dia tusuk aku pakai jarum, kadang menyayat tanganku lalu menjilati darahnya. Kau tahu? Itu sorga!
Dia juga meniduriku berkali-kali.
Hanya saja, itu semua adalah musibah.
Bukan, sama sekali bukan anak haram.
Pejantan laknat itu mewarisi sesuatu yang lebih keji,
Milyaran benih iblis menggerogotiku.
Merompak di sepanjang pembuluh darah
Beranak-pinak di biji-biji sel ku.
Benih ini adalah diagnosa paling seram,
Benih ini adalah kutukan dari kaum sodom,
Benih ini adalah murka Tuhan pada keturunan Adam
Yang menjelma binatang
Yang bersenggama semaunya,
Yang menenangkan diri dengan anjuran setan,
Atau mereka yang malang atas dosa orang lain.
O, iya. HIV namanya!
Hanoman...holoman... ah, susah mengejanya!
Dan ini belum ada obatnya!belum ada!
Aku terpikir, bagaimana jadinya jika orang-orang muda negeri ini
Saling jangkit ini penyakit. Wah,ku rasa aku tak akan terbuang seperti ini karena semua sama, sama-sama sakit. Kau paham lah, sesakit-sakit wabah ini
Lebih luka adalah dibuang orang-orang.”
Ketika rokok itu habis, Suminah pergi.
Nampak lah bahwa Ia sedang menghibur diri
Atas rindunya pada kasih adik kakak, ayahanda, dan ibunda.
Yang ia punya kini hanya kesendirian. Kesendirian yang pekat.
Barangkali orang-orang mau memeluknya,
Sakitnya Suminah akan sekadar saja.
Barangkali orang-orang mau peduli,
Ku rasa akan ada mukjizat menghampiri.
Barangkali, orang-orang mau saling tatap saling bicara
Barangkali, orang-orangtidak berjalan sendiri-sendiri.
Kutukan kesumat ini, dapat tercabut dari turun temurun kita.
Tapi sayangnya, itu semua hanya “Barangkali’.
Dan kau tahu kawan,
ku dengar Suminah menggantung diri pagi tadi.
Komentar
Tulis komentar baru