Bersedih yang bagaimana lagi?
Lantas setelah kurasakan segala kesakitan.
Bagian mana yang kau obati.
Aku tak perlu iba itu.
Sebab sudah banyak yang hanya termakan dan berakhir hanya jadi omong kosong.
Mungkin aku akan jadi orang yang paling serakah bila terus menerus mengais iba.
Sedih hatiku.
Dan pilu ku dirundungnya.
Namun si waktu terus terus menertawakanku.
Berkata bahwa kesedihan apa lagi yang harus aku tangisi?
Seharusnya kebal sudah diriku. Begitu katanya.
Oh waktu.
Kau benar juga.
Komentar
Tulis komentar baru