Tatapan seorang bocah lugu
Mengusik pikiranku yang temaram
Segurat wajah getir melihat jauh kedepan
Diatas sebuah kursi roda kusam dan lusuh
Dibawah sebuah pohon rindang yang menyejukkan kalbu
Tanpa ada seorangpun yang memikirkan betapa beratnya hidup yang dialaminya
Hanya tenaga kursi roda kusam itu
Dirinya merasa ada setitik harapan
Tapi..... Sirna manakala kemiskinan menerpa hidup,
Jangankan berandai-andai, mimpipun dia tidak berani
Bocah delapan tahun itu hanya bungkam tanpa suara
Berkata sepatah katapun dirinya tidak sanggup
Dengan kondisi seperti itu sangatlah mustahil baginya untuk memiliki masa depan cerah
Sementara diluar sana kepongahan, kearoganan dan kesombongan hidup dipertontonkan
Sedangkan dirinya.........., hanya ingin meneguk segelas susu
Harus menunggu belas kasih orang
Apakah ada harapan bagi dirinya untuk merajut kebahagiaan?
Bocah delapan tahun itu tertunduk lesuh
Sekujur tubuhnya tidak bisa dia gerakkan layaknya anak yang lain
Ingin rasanya berontak dengan kondisi seperti itu
Tapi...
Dirinya sadar bahwa yang maha kuasa allah ya robb
Telah memberikan yang terbaik bagi dirinya
Apakah ada harapan untuk dirinya dapat merajut kebahagiaan?
Sementara kehidupannya hanyalah belas kasihan orang yang dermawan
Orang yang memang punya hati dan kepekaan yang tinggi
Orang yang tanpa pamrih dengan ikhlas memberi
Tanpa harus dipertontonkan, digaungkan dan disebar luaskan
Tanpa tetek bengek yang lain !
Bocah delapan tahun ........
Itulah realitas kehidupan yang terjadi saat ini
Disaat orang-orang yang mampu harta bersikap individualistis
Disaat orang-orang kaya mulai perhitungan atas limpahan anugrah dari-nya
Disaat orang-orang lebih memikirkan dunia ketimbang akhirat
Disaat itu pula allah butakan mata mereka, allah tutup telinga mereka,
Allah jadikan hati mereka bak bongkahan batu
Tapi... Mereka lupa wahai adikku,saudaraku.....
Itu semua tidak akan dibawa mati
Bocah delapan tahun....
Sabar dan tetap istiqomah berjuang untuk menundukkan dunia fana ini
Semoga allah memberikan anugrah yang terindah bagimu.
(samudra cafe, 21 desember 2013)
Komentar
Tulis komentar baru