Terbangun di tepi jalan
disiang hari yang lusuh
memasang kaca mata yang retak
terpercik kerikil tepi rel kereta
setelah berjalan letih dilembah kaktus
Hari itu adalah kutukan
bersigap disamping bangkai keledai malang
berteriak tiada yang mendengar
hanya berjalan...,
berlalu...,
kemudian lenyap dari gurun ke gurun...,
Sekian lama mengapung dilautan debu pasir panas
terompah Aladin-ku mulai sobek
kuku-kuku berkarat menambah jahannam
tak ada lagi daun menyimpan embun
Seorang penyihir gipsy dengan mawar hitam
membawaku pada badai gelap
perkumpulan karapan memanggang kalkun
menjadikanku pengemis tengik
dengan tulang-tulang retak
sisa santapan dari para carnavalis
membuatku beruntung saat berpikir tak berguna lagi
dengan wajah muram jaddah
entah waktu sudah berapa
petikan banjo mulai terdengar
saat sadar Carnaval telang menghilang....,
Komentar
Tulis komentar baru