Keping-keping cinta masa lalu
yang mengendap di dasar hatiku
telah terurai seiring perjalanan waktu
Ketika senja itu kau datang kembali
ada tetes air mata haru yang jatuh
membasahi hatiku yang kering, lama tak tersirami
Bagai hujan ia jatuh membasahi hatiku
menyirami jiwa dengan rasa haru campur rindu
cinta yang terurai masih menyisakan benihnya
Cinta kita bagai ilalang, meski kering daunnya
meninggalkan benihnya dalam akar yang tertinggal
panjang kemarau tak dapat membunuhnya!
Komentar
Dia lahir, merangkak, dan
Dia lahir, merangkak, dan tumbuh dalam penjara kenangan. Nikmat akan kekurangannya dan kelebihan. Dan indah sekali memperumpamakannya sebagai ilalang.
Satu karya puisi yang tidak bosan dibaca berulang kali, bung Pengembara..
Salam Sastra! Terus Berkarya!
-steventurhang
Terima kasih...
Terima kasih bung....saya pun menikmati karya-karya anda. Salam Sastra!
Tulis komentar baru