dalam sajak ini, aku merindukanmu sebagai
telaga bening tempat berbagi, mata air dan airmata
karena di saat semua enggan peduli, kusadari hanya dikaulah tangan harapan
jemari yang selalu rela menyeka luka, senyum kekasih penawar duka
di riuh yang saling tikam ini, aku merindukanmu sebagai
taman kecil milik Chairil, tempat menghening dan menemu
karena sepanjang malam yang kehilangan, di bawah langit yang kesepian ini
kutahu kaulah dekap rembulan, peluk hangat yang kudambakan
tapi kau aku kini sama, walau pun masih tapi sama enggan mengaku
namun sebenarnya kalau kau mau, aku pun tersangat ingin pulang
kembali ke dalam sajak itu, mengeja yang terlepas satu-satu
berdua saja tentunya, sebagai diksi dan irama
Batam, 21.11.2014
Komentar
Tulis komentar baru