Malam itu ia berayun-ayun di pucuk cemara, lalu mondar-mandir mengelilingi bangku bambu di sudut taman itu. Ditatapnya sekeliling seakan malu kalau tingkahnya itu diketahui oleh mata temaram yang menatapnya dari atas sana
Setelah dirasanya agak aman, dikejutkannya tangkai mawar yang mulai terangguk-angguk itu. Kelopaknya bergoyang-goyang menebarkan wangi musim yang lalu, semerbaknya membuatnya terbang melayang tinggi, jauh menyeberangi tembok pembatas taman itu
sesaat, kemudian ia terdiam, tapi semilirnya terus berhembus
pelan, seperti mengeja sebuah nama yang pernah akrab
malam sepi kelam, ia sendirian
, menyebut nama seseorang
Batam, 28.01.2015
Komentar
Tulis komentar baru