Ketika keinginan bermain judi online beradu
Dengan kebutuhan rumah tangga yang menunggu,
Api amarah ternyata lebih mematikan,
Menghanguskan cinta, asa yang tertinggal.
Biasanya, kebakaran dari korsleting listrik bermula,
Gas bocor, atau kompor yang lupa dimatikan.
Namun, kali ini beda: bensin di muka dan badan,
Briptu Rian Dwi Wicaksono, terbakarlah ia.
Pelakunya seorang polwan, sang istri yang murka,
Fadhilatun Nikmah, dalam amarah yang menggila.
Pasangan suami istri beranak tiga,
Kini kehilangan sosok, harapan yang sirna.
Uang gaji habis untuk judi yang merasuki,
FN tak sanggup lagi, amarahnya pun meletup,
Langkah ekstrem diambil, tubuh suami terbakar,
Tak pernah menyangka, judi online berujung nyawa.
Di Asrama Polres Mojokerto, tragedi itu terjadi,
Cekcok dan bensin menyiram, api menyala,
RDW menghembuskan napas terakhir,
FN pun melolong minta maaf, batin terguncang.
Penyesalan dan kesedihan dalam satu genggam,
Murka yang tak tertahankan menghancurkan,
Trauma healing untuk jiwa yang tergoncang,
Sang ibu terancam bui, anak-anak kehilangan.
Ini peringatan bagi semua pasangan,
Uang rumah tangga harus bijak dikelola,
Bukan untuk kredit di aplikasi judi,
Tapi untuk dapur mengepul, anak-anak tumbuh layak.
Dalam dunia nyata, drama ini tak perlu ada,
Jalan tengah seharusnya ditempuh,
Sebelum bensin dan korek api jadi alat komunikasi terakhir,
Realitas seringkali lebih kejam dari fiksi,
Api kecil korek api membakar harapan,
Masa depan keluarga Bhayangkara sirna.
Polisi harus sungguh-sungguh memberantas,
Judi online marak, bos besar diringkus,
Jangan ada lagi oknum bermain dengan uang panas,
Sebab judi bagai api yang membakar segala lapisan.
Komentar
Tulis komentar baru