Waktu embun mulai lari
Menghindari sang mentari
Ia ingin beningnya kembali
Mungkin ada dipikirannya
Tak mau benih cinta dimilikinya
Habis ditelan terik sinarnya
Sang mentari membakar
Tetes embun di sudut dedaunan bergetar
Ia menyadari waktu usai bertengkar
Hidup harus ditantang
Sia-sia dalam kandang
Esok masih datang
Terus kan berjuang
Dia tetap pecinta sepenuh hati
Bagai embun pada mentari
Hingga fajar menjemput cinta kembali
Menggantung dipucuk daun sendiri
Komentar
Bagus..
Bagus, inspriratif!
Beni Guntarman
terimakasih mas, mohon
terimakasih mas, mohon bimbingannya,. saya masih pemula, saya sangat mengagumi krya2 mas beni.
keren
wah, sepertinya bakat menulisnya bisa dibagi bagi ya bang
eno silalahi
like
sangat suka sama puisinya, ibu memang selalu menjadi inspirasi, salam kenal
vivi
terimakasih, mohon
terimakasih, mohon bimbingannya...
Tulis komentar baru