semestinya aku sudah disana bersama jaket almamaterku itu.. mempecundangi penguasa dengan selembar kertas dan kain berspidol dan ber cat atau sekedar mengumpat sambil terus mencari minuman segar yang kuhayalkan sebagai air zam zam di tengah hujatan dan umpatan, lalu berhadapan dengan tiran kekuasaan yang menggunakan tameng dan pemukul.. tapi ahh.. sudahlah.. Toh setidaknya aku telah lalui kemarin dan hari ini dengan kegeraman bersama kawan kawan dijalanan kota yang lain..
itu dulu.. empat belas tahun yang lalu..
saat saat itu penuh dengan ketegangan.. hari hari terlewati dengan mata dan telinga yang terus menancap di layar kaca tivi.. dan juga tak pernah lupa membaca koran tentang situasi terbaru, walau hanya meminjam dan membacanya di pedagang koran kaki lima.. tapi sungguh.. itu adalah saat saat yang penuh ketidak pastian, tentang negri ini yang katanya negri ber~swasembada dan ber~Repelita, serta dalam kondisi perekonomian yang aman dan terkendali..
itu dulu.. empat belas tahun yang lalu..
lidah kami masih terkunci saat itu.. tetapi ada sesuatu yang memaksa kami untuk bersuara pada kenyataan.. pada apa yang kami liat di kolong kolong jembatan kota, pada apa yang kami dengar dari orang orang yang "lemah" yang semakin tertindas.. walau kami tak memungkiri ada saja senyum dan gemerlap dari hijaunya sawah sawah petani yang menikmati pupuk bersubsidi, dari supir angkot yang menikmati BBM murah dan dari buruh pekerja yang tidak mengenal "Kontrak"
itu dulu.. empat belas tahun yang lalu..
saat itu kami sudah bosan dengan pidato kenegaraan di "gedung Hijau" yang menyatakan semua baik baik saja, yang ternyata harga harga semakin membumbung di jalanan.. bosan juga dengan sistem pemilu yang selalu memenangkan XXXXXX dengan cara apapun, intimidasi sudah menjadi santapan yang tampak tak lezat dimata kami.. dan kami terpaksa menelannya bulat bulat karena memang hanya itu yang ada.. "Pilihan" bagi kami sudah tidak lagi mempunyai pintu dan jendela..
itu dulu.. empat belas tahun yang lalu..
Lalu... apa yang terjadi empat belas tahun kemudian???
aku berguman..
empat belas tahun sejak saat itu adalah kegamangan..
bagaimana tidak.. kami masih saja melihat kemiskinan, kelaparan, ketertindasan, ketidak adilan, intimidasi, kekerasan, kebohongan publik dan lainnya yang mungkin bentuk sifat dan caranya tidak selalu sama dengan empat belas tahun yang lalu.. tapi itulah kenyataan saat ini, yang bisa kita lihat dengan mata kepala sendiri..
beginilah potret negriku sejak Empat Belas Tahun yang lalu..
tidak jauh berbeda..!!!
Komentar
Tulis komentar baru