Engkau perawan sepanjang masa
Perawan cantik yang tidak tersentuh tua
Pertiwi sakti mandraguna Nusantara
Senyummu tetap memikat sinar matamu tetap berkilap.
Mata jejaka bangsa-bangsa enggan berkejap.
Takut kehilangan detik untuk menatap.
Siap dan sigap mendekap
Ada baris bercerita tentang dirimu yang bersusah hati.
Ternyata bukan karena kau akan mati.
Tapi karena anak-anakmu di seluruh pelosok negeri.
Telah banyak yang lupa diri
Ada baris bercerita tentang airmatamu berlinang.
Ternyata bukan karena nyawamu meregang.
Tapi karena banyak anak-anakmu menjadi garang.
Agar bisa ikut berdiri di batas senang-senang
Ada baris bercerita kau sedang lara.
Ternyata bukan karena kau akan kehilangan nyawa.
Tapi karena anak-anakmu hanya tahu hanya hari ini saja,
Tak ada anak tak ada cucu tak ada esok apalagi lusa
Ada baris lagu bercerita tentang merintih.
Ternyata bukan karena langkahmu limbung tertatih-tatih.
Tapi karena banyak anak-anakmu dari panggung tersisih.
Kejujuran dan kecerdasan mereka ditindih
Ada baris lagu bercerita tentang engkau sedang berdo’a,
Lantunkanlah selalu itu tapi aku ingin bertanya.
Bagaimana do’amu akan bermakna. J
Jika keyakinan hanya ditancapkan di batas bacaan saja
O, lautan telah berbadai gunung lembah telah terhempas.
Lembah-lembah indah akan pindah
bukit-bukit kapur telah hancur.
Gunung emas disikat ganas daratan dan dataran amblas,
Pertiwi yang genit cantik manis pantaskah dijadikan pelacur
Akankah aku menjadi asing di negeri sendiri.
Terseok langkah dalam gelap mencari pemimpin negeri.
Akankah mandi mata air berganti mandi air mata.
Akankah mata air bening berganti dengan air mata darah
Hung aku bertemu Ibu Pertiwi,
Masih tersenyum genit dipangkuan bumi.
Aku masih memelukmu dengan bakti caraku sendiri.
Masih berharap asap kemenyanku
sampai ke langit yang tidak mati
201501190844_Kotabaru_Karawang
Komentar
Tulis komentar baru