KULMINASI
Kemiskinan adalah jelaga
di ruang-ruang istana.
Beribu serabut jelaga
merubung bagai mendung
menudung wajah lara
kesengsaraan gelandangan.
Kisut wajah-wajah culas
raib belati tergenggam.
Meringkuk di balik takik
nafas memburu, menunggu
tikam penghuni istana
di kepekatan lorong waktu.
Kesengsaraan adalah kemunafikan
di rona lugu tukang-tukang kebun.
Lusuh kopiah menutup uban berdebu
terbalut rapi menangkup wajah teduh
sediam waduk memendam gelora
kemelaratan sehitam dasar telaga.
Kilat khianat di mata
membalut gunting dalam selimut.
Kelebat dingin wajah tertunduk
terkepal baja di genggam
menghunjam penghuni kedua
di halaman kebun istana.
Kemelaratan adalah bengis
sorot mata macan kumbang.
Beratus macan kumbang
menggelombang bagai buruh
menggelontor dari pabrik-pabrik
mengais tetes-tetes nafkah.
Kusut peluh-peluh berdebu
sembunyi di balik perdu.
Hitam dendam deru nafas
detak waktu terhenti menunggu
terkam penghuni terakhir
di titik kulminasi takdir.
KULMINASI
- 2193 dibaca
Komentar
KULMINASI
Salam kenal, moga Jendela Sastra menjadi media penjalin ukhuwah, kiranya hikmah bertabur di sepanjang titian silaturrahim.
Salam santun saya ... :)
kulminasi
doa doa orang lapar, mengantri mendengar
salam kenal, bro Andha. galak juga ya puisi tuturnya
ilham meth
Salam kenal kembali, bro ilham
mungkin hukum alam bro, sebagai kausalitas dari akumulasi rasa sakit kaum jelata. hehehe ...
senang bisa berkecimpung di jendela sastra.
Tulis komentar baru