Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.
Di teras rumah makan kami kini berhadapan Baru berkenalan. Cuma berpandangan Sungguhpun samudera jiwa sudah selam berselam Masih saja berpandangan ………..
Dialah, Miratlah, ketika mereka rebah, Menatap lama ke dalam pandangnya Coba memisah matanya menantang Yang satu tajam dan jujur yang sebelah Ketawa diadukannya giginya pada
Antara Daun-daun hijau Padang lapang dan terang Anak-anak kecil tidak bersalah, baru bisa lari-larian Burung-burung merdu Hujan segar dan menyembur ………………..
Komentar Terbaru