Skip to Content

Molotov Terakhir

peluru melesat. menerobos kulit yang asing. menembus dada berdetak tegas

pemilik langkah yang enggan mundur

walau udara memanas di dalam kepala

Dua Ratus Kalimat Cinta untuk Mey

Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.

Mungkin Aku Lupa

Aku mungkin lupa

dimana kusimpan aroma hujan

yang kauberi padaku waktu itu

Juga warna mata dan rona senyummu

 

KETIKA POLITISI BERPUISI

ketika politisi berpuisi

alih alih orasi

caci dan maki

Salman ImaduddinMolotov TerakhirHidayatul KhomariaDua Ratus Kalimat Cinta ...
Mega Dini SariMungkin Aku LupaombiKETIKA POLITISI BERPUISI

Karya Sastra

Pacarku Ingin Mati

 Aku tertegun

Diam melihat gelapnya malam

Diam dalam kegamangan

Aku sendiri

SAJAK MHR- AROK, DEDES DAN LELAKI PERAGU

AROK, DEDES DAN LELAKI PERAGU


/1/
arok,
siapa kuasa
melawan takdir?
janin bersemayam
di rahimku benih
tunggul ametung.

Ada Iblis di Kepala Ibu

Ada iblis turun dari langit hitam

Lesat secepat kilat bersarang di kepala ibu

Menjelma iblis bermuka malam

KAWANKU DAN AKU

Kami sama pejalan larut
Menembus kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan

Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat

Siapa berkata-kata…?

BERCERAI

Kita musti bercerai
Sebelum kicau murai berderai.

Terlalu kita minta pada malam ini.

Benar belum puas serah-menyerah
Darah masih berbusah-busah.

CERITA

kepada Darmawidjaja

Di pasar baru mereka
Lalu mengada-menggaya.

Mengikat sudah kesal
Tak tahu apa dibuat

MULUTMU MENCUBIT DI MULUTKU

Mulutmu mencubit di mulutku
Menggelegak benci sejenak itu
Mengapa merihmu tak kucekik pula
Ketika halus-perih kau meluka??

12 Juli 1943

DENDAM

Berdiri tersentak
Dari mimpi aku bengis dielak

Aku tegak
Bulan bersinar sedikit tak nampak

Tangan meraba ke bawah bantalku
Keris berkarat kugenggam di hulu

MERDEKA

Aku mau bebas dari segala
Merdeka
Juga dari Ida

Pernah
Aku percaya pada sumpah dan cinta
Menjadi sumsum dan darah
Seharian kukunyah-kumamah

Sedang meradang

KITA GUNYAH LEMAH

Kita gunyah lemah
Sekali tetak tentu rebah
Segala erang dan jeritan
Kita penmdam dalam keseharian

Mari tegak merentak
Diri-sekeliling kita bentak

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler