Sayang,
Bukan aku abai,
hanya saja "sempat" selalu mengumpat* dan "luang" tak pernah memberi ruang.
Bahkan untuk sekedar menulis sajak sebagai jejak pada hatimu tempatku berpijak atau menulis kalimat sayang ala kadarnya atas cintamu yang lebih dari biasanya.
Tapi, ketahuilah ini.
Setiap waktu yang tersita pada miniatur neraka yang nyata, adalah tanda bahwa pengorbananku tak hanya ucap semata.
Dan tiap detik
yang lambatlaun menitik kupersembahkan untukmu wanitaku yang tercantik.
Dan tiap menit
yang kian lama kian mengerenyit kudedikasikan untuk cita-cita kita yang tersemat setinggi langit.
Dan tiap jam
yang terasa menghujam, kuhiraukan dengan tatapan tajam. Karena yang terpenting adalah mencintaimu sampai mataku terpejam.
..
(*mengumpat=bersembunyi)
Komentar
Tulis komentar baru