Skip to Content

Mengukir Sebuah Keikhlasan Lebih Dalam Lagi

Foto DeAnnita Sigara

-tiba-tiba saja merasa takut jika kau tak hadir kembali, duhai wanita mulia-

 

Hujan telah berhenti

Tanah coklat tandus telah basah

Namun tak jua tangismu mereda

Lihatlah sayang...

Bukankah rintik gerimis itu menggemaskan?

Menari dengan jenaka dan tersenyum nakal

Mengedipkan matanya

-indah-

 

Aku masih saja disini

Mendengar celotehmu

Diselingi sesak yang terdengar begitu menyiksa

Sudahlah, sayang...

Bukankah rajutannya belum selesai?

Mari merajut kembali

'Kan ku pilinkan do'a agar kau tetap dalam alur yang kau canangkan

 

Detik berjalan begitu lambat

Seperti usai menaiki anak tangga ke-99

Letihkan dirimu, sayang?

Tinggal satu anak tangga lagi

Berjuanglah!

Jangan buat aku menangis

 

Akankah kau larutkan senyawa semangatmu pada lumpur itu lagi?

Jangan, sayang...

Mendekatlah

Mendekatlah

Biar ku peluk hingga isakmu usai dan tanah akan kembali tandus

Biar ku larung letihmu, sayang

 

Jangan menangis lagi

Aku tersayat mendengar isakmu

Jangan kau sesali lagi

Aku terpukul menatap redupnya binar matamu

Jangan, sayang...

 

karena kau adalah wanita tegar

yang tuhan ciptakan untuk terus meniti langkah

dalam setapak

ataupun dalam tanah hijau

dimana rumput tumbuh dengan subur

 

 

 

semoga tuhan membalas kebaikanmu, sayang

 


Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler